Rabu, 30 Desember 2009

Menyikapi Tahun Baru Masehi

Menyikapi Tahun Baru Masehi
1. Bagaimanakah Kita Menyikapi Tahun Baru Masehi
Diantara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru. Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan tahun baru?
Bolehkah Merayakannya?
Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at. Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim.
Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan kepadanya: “Apakah disana ada berhala sesembahan orang Jahiliyah?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya, “Apakah di sana tempat dirayakannya hari raya mereka?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikan nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”. (Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan ini juga menyerupai perbuatan mereka dan menjadi sarana yang mengantarkan kepada syirik. Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimanan.
Keburukan yang Ditimbulkan
Seorang muslim yang ikut-ikutan merayakan tahun baru akan tertimpa banyak keburukan, diantaranya:
1. Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir yang telah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
2. Melakukan amal ketaatan seperti dzikir, membaca Al Qur’an, dan sebagainya yang dikhususkan menyambut malam tahun baru adalah pebuatan bid’ah yang menyesatkan.
3. Ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina, Na’udzubillahi min dzaalika…
4. Pemborosan harta kaum muslimin, karena uang yang mereka keluarkan untuk merayakannya (membeli makanan, bagi-bagi kado, meniup terompet dan lain sebagainya) adalah sia-sia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Serta masih banyak keburukan lainnya baik berupa kemaksiatan bahkan kesyirikan kepada Allah. Wallahu a’lam…

Selasa, 29 Desember 2009

RENUNGKANLAH WAHAI SAHABATKU

Sohibku …
aku memang bukan ulama’ yang hafal beribu-ribu hadits dan menulis berjilid-jilid kitab, walaupun begitu aku tetap saudaramu seakidah yang mencintai kebaikan bagimu sebagaimana aku menyenanginya bagi diriku

Sohibku …
bisa jadi engkau lebih banyak memiliki hafalan daripadaku bisa jadi engkau lebih senior dan lebih cerdas daripadaku dan lebih memahami tentang agama islam, namun kukira engkau masih mau merenungkan nasehat dari saudaramu

Sohibku …
sadarkah engkau bahwa kematian mengintai dirimu hari kebangkitan dan perhitungan ada di hadapanmu semuanya harus dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya

Sohibku …
semua tingkahmu terlihat, tidak ada satupun yang tidak tercatat, pintu kamar bisa kau tutup dan kau kunci, lampu pun bisa kamu padamkan, tapi ada sepasang mata yang selalu mengawasimu, meskipun engkau tidak pernah melihatnya, engkau tidak bisa bersembunyi kemanapun engkau lari, dengan kemaksiatan dan kesia-siaan.

Sohibku …
kebenaran ada di hadapanmu, majelis ilmu bertebaran di sekelilingmu, tidakkah engkau tergerak untuk menghampirinya mereguk cahaya ilmu dan merasakan kesejukannya

Sohibku, …
aku memang bukan dosen yang bisa memaksamu mengerjakan tugas ini dan itu, aku juga bukan rektor yang bisa mengusirmu dari bangku kuliah, aku bukan siapa-siapa,tapi aku hanya sekedar sahabat dan saudaramu yang sedih menyaksikan cara hidupmu

Sohibku …
kesempatan dan kesehatan selama ini mungkin terlalu terbuka lebar bagimu sehingga dengan seenaknya kau sia-siakan dan kau telantarkan

Sohibku …
kehidupan penuh dengan tantangan, sementara ilmu sangat dibutuhkan, ilmu tentang Ar Rohman dan tentang bagaimana menjalani kehidupan tentang bagaimana berakhlak mulia

Sohibku …
aku memang bukan ulama’ bukan juga ahli ilmu walaupun begitu aku tetap saudaramu seakidah yang mencintai kebaikan bagimu sebagaimana aku menyenanginya bagi diriku

Sohibku … jangan sia-siakan kesempatan ini mungkin tahun depan atau bahkan besok engkau tidak bisa menemukannya lagi, lalu ketika itu penyesalanmu tiada berguna lagi, mengapa dulu aku tidak bersungguh-sungguh menimba ilmu

Sohibku …
dunia itu hina, walaupun semua orang mengatakannya berharga, dunia tetap hina dan akhiratlah yang lebih mulia dunia akan binasa sedangkan akhirat kekal selamanya. Apakah yang kau kejar wahai sohibku, sementara kematian mengejarmu ?

Hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan

Antara iman, islam dan ihsan, ketiganya tak bisa dipisahkan oleh manusia di dunia ini, kalau diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.

Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing.
Iman lebih menekankan pada segi keyakinan dalam hati.
Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal dan,
Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal iman dan islamnya.
Wallahu A'lam

IMAN, ISLAM DAN IHSAN

IMAN
Iman menurut bahasa artinya percaya yang berasal dari bahasa arab:Amana Yu-minu Imaanan.
Sedangkan menurut istilah iman adalah: Tashdiqun bilqalbi wa iqraarun billisan wa 'amalun bil arkaan
"Meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan."

Rukun Iman :
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para Malaikat Allah
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
5. Iman kepada Hari akhir
6. Iman kepada Qodho dan Qodar

Tingkatan Iman:
1. Iman Taqlid
Yaitu : percaya melalui ajaran guru tanpa dalil
2. Iman Ilmu
Yaitu : Iman yang timbul karena ilmu, karena mengetahui Aqoid limapuluh dengan dalil-dalilnya
3. Iman Iyaan
Yaitu : iman yang setelah dilandasi dalil, lantas disertai muroqobah (kontak bathin terus menerus kepada Allah)
4. Iman Haq
Yaitu : Iman orang yang mampu menyaksikan Allah dengan mata hatinya.
5. Iman Haqiqoh
Yaitu : Iman orang yang telah sampai ke maqom fana', mata hatinya sudah tidak melihat selain Allah, dunia dan dirinya sendiri terasa fana atau tidak terlihat lagi.
Selain diatas, ada lagi Iman Haqiqotul Haqiqoh, yaitu imanya semua para Rasul yang tidak mungkin diketahui oleh selain mereka.
Wallahu A'lam.





ISLAM
Islam berasal dari bahasa arab, yaitu:Aslama-Yuslimu-Islaamanartinya : patuh, tunduk,menyerahkan diri dan selamat.

Sedangkan menurut istilah Islam adalah "Agama yang mengajarkan manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah untuk menuju keselamatan di dunia dan di akhirat."
Yang dimaksud dengan tunduk atau berserah diri adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya (taqwa), berdasarkan sabda Nabi SAW :"Islam itu adalah engkau menyembah Allah,tiada engkau persekutukan Dia dengan sesuatu yang lain, engkau dirikan shalat, engkau keluarkan zakat yang difardhukan, engkau berpuasa di bulan Ramadhan dan engkau tunaikan ibadah haji jika engkau sanggup pergi ke Baitullah." ( HR. Bukhori )

Rukun Islam :
1. Mengucapkan 2 kalimat Syahadat
2. Mendirikan Shalat
3. Menunaikan Zakat
4. Shaum di bulan Ramadhan
5. Menunaikan ibadah Haji bagi yang mampu

IHSAN
Ihsan menurut bahasa artinya berbuat baik, berasal dari bahasa arab: Ahsana-Yuhsinu-Ihsaanan.

Sedangkan menurut istilah, ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan.

Berbakti kepada Allah berarti berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun untuk makhluk lainnya. Semua perbuatan tersebut dilakukan semata-mata karena Allah, seolah-olah orang tersebut sedang berhadapan dengan Allah.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menerangkan yang dinamakan ihsan adalah :
An ta'budallaaha kaannaka taraahu paillam takun taraahu painnaka yaraaka
"Bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, Dia pasti melihat engkau."
(HR Bukhori)
Antara iman, islam dan ihsan, ketiganya tak bisa dipisahkan oleh manusia di dunia ini, kalau diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.

Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing.
Iman lebih menekankan pada segi keyakinan dalam hati.
Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal dan,
Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal iman dan islamnya.
Wallahu A'lam
Iman menurut bahasa artinya percaya yang berasal dari bahasa arab:Amana Yu-minu Imaanan.
Sedangkan menurut istilah iman adalah: Tashdiqun bilqalbi wa iqraarun billisan wa 'amalun bil arkaan
"Meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan."

Rukun Iman :

1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para Malaikat Allah
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
5. Iman kepada Hari akhir
6. Iman kepada Qodho dan Qodar


Tingkatan Iman:

1. Iman Taqlid
Yaitu : percaya melalui ajaran guru tanpa dalil
2. Iman Ilmu
Yaitu : Iman yang timbul karena ilmu, karena mengetahui Aqoid limapuluh dengan dalil-dalilnya
3. Iman Iyaan
Yaitu : iman yang setelah dilandasi dalil, lantas disertai muroqobah (kontak bathin terus menerus kepada Allah)
4. Iman Haq
Yaitu : Iman orang yang mampu menyaksikan Allah dengan mata hatinya.
5. Iman Haqiqoh
Yaitu : Iman orang yang telah sampai ke maqom fana', mata hatinya sudah tidak melihat selain Allah, dunia dan dirinya sendiri terasa fana atau tidak terlihat lagi.

Selain diatas, ada lagi Iman Haqiqotul Haqiqoh, yaitu imanya semua para Rasul yang tidak mungkin diketahui oleh selain mereka.
Wallahu A'lam.

Senin, 28 Desember 2009

Honey
Terbesit bayangan ayu wajahmu
Terbias cinta dan kasih putih
Seketika rindu merajam
meluruhkan hati tak tertahankan hasrat ingin berjumpa
Menabur mimpi menuai harapan
berharap kau jadi milikku selamanya
Tak dapat disangkal lagi
Engkau memang untukku
Biarlah badai melanda cinta kita
Berbekal percaya kita mampu lewati
Menuju kebahagiaan sejati
Yang selalu kita rinduka
Pak Ustadz sungguh ajaib, mengulas keterkaitan Surah At-Tin dan Air. Beliau menyitir tentang penelitian orang Jepang "The Magic of Water" dengan do'a. Sempat menyinggung sedikit tentang buku yang dikarang oleh penulis muslim, masih tentang air. Sayangnya, pembahasan Surah At-Tin sangat sedikit, juga buku yg dikarang sang penulis muslim. Pak Ustadz lebih banyak membahas penelitian yang dilakukan orang Jepang tersebut.
Cara menceritakannya menarik, beberapa informasi baru memang kudapat, namun kesimpulannya telah kuketahui lama, "Bahwa air, jika diberi do'a dan ucapan yang baik (bernada positif) dengan bahasa dan do'a agama apa saja, maka kristal-kristal air akan berbentuk indah"

Pak Ustadz sempat menghubungkan antara air wudhu dengan ucapan basmallah yang selalu kaum muslim ucapkan sebelum berwudhu'. Menurut beliau, air wudhu' yang dibacakan basmallah itu memiliki kristal air yang berbentuk indah, sehingga wajah orang yang sering terkena air wudhu' menjadi bercahaya. Demikian juga orang yang sering berdo'a, auranya akan indah, sebab manusia terdiri dari 70& air dalam darahnya.

KESIMPULANKU:
Air dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan akan tunduk pada pencipta-Nya. Jika diberi ucapan do'a, maka seluruh makhluk Tuhan akan tenang dan tunduk. Makhluk-makhluk itu akan memiliki sifat seperti sifat pencipta-Nya: INDAH. Betapa makhluk yang tahu diri, tidak seperti manusia yang bisa membangkang (sungguh tak tahu diri). Padahal semua ketenangan dan keindahan itu hanya berasal dari Tuhan. Allahumma innaka Antassalaam, wa minka salaam....
Tanya sama ustadz yg ahli hadits (spt di website eramuslim dsb).
Bener juga ya ^^ he he...udah nemu jawabannya, Pak. di website: muslimah.or.id

Hadits Qudsi (الحديث القدسي):
Hadits yang diriwayatkan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala, juga dinamai juga hadits Rabbani dan hadits Ilahi. Misalnya perkataan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam yang meriwayatkan dari Rabb Ta’ala, Dia berkata,

“Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku, dan aku bersamanya ketika mengingat-Ku, jika dia meningat-Ku dalam dirinya: maka aku mengingatnya dalam diri-Ku, Jika dia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dari sekumpulan orang tersebut.” *

* Di sini ada sifat an Nafs untuk Allah Ta’ala. Seperti dalam ayat 116 surat Al Maaidah, “Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.”. Hadits Qudsi ini juga menjadi dalil bahwa malaikat lebih baik dari manusia. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memperinci, yaitu: jika melihat keadaan sekarang maka malaikat lebih mulia sedang jika melihat di akherat, maka manusia lebih mulia. Dan hadits ini bukan menjadi dalil untuk dzikir berjama’ah. “Jika dia mengingatku dalam sekumpulan orang” maksudnya orang-orang sekitarnya kemungkinan adalah orang yang lalai atau dia berada di majelis ilmu dan mengingat Allah.

Urutan Hadits Qudsi itu terletak antara Al Qur’an dan Hadits Nabi.
Al Qur’an Al Karim: Dinisbatkan kepada Allah Ta’ala baik lafadz maupun maknanya.
Hadits Nabi: Dinisbatkan kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam : lafadz dan maknanya.
Hadits Qudsi: Dinisbatkan kepada Allah Ta’ala maknanya tanpa lafadznya.

Maka, membaca hadits Qudsi tidak dinilai sebagi ibadah, tidak boleh dibaca dalam sholat, tidak terwujud dengannya tantangan* dan tidak dinukil secara mutawattir seperti Al Qur’an bahkan di dalamnya ada yang shohih, dho’if dan maudhu’.

* Mu’jizat adalah sesuatu yang diberikan Allah kepada Nabi dan Rasul untuk menerima tantangan. Jika itu benar mu’jizat, maka tidak akan ada yang berhasil menantangnya. Dan hal ini tidak berlaku untuk hadits qudsi.
Tanya sama ustadz yg ahli hadits (spt di website eramuslim dsb).
Bener juga ya ^^ he he...udah nemu jawabannya, Pak. di website: muslimah.or.id

Hadits Qudsi (الحديث القدسي):
Hadits yang diriwayatkan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala, juga dinamai juga hadits Rabbani dan hadits Ilahi. Misalnya perkataan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam yang meriwayatkan dari Rabb Ta’ala, Dia berkata,

“Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku, dan aku bersamanya ketika mengingat-Ku, jika dia meningat-Ku dalam dirinya: maka aku mengingatnya dalam diri-Ku, Jika dia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dari sekumpulan orang tersebut.” *

* Di sini ada sifat an Nafs untuk Allah Ta’ala. Seperti dalam ayat 116 surat Al Maaidah, “Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.”. Hadits Qudsi ini juga menjadi dalil bahwa malaikat lebih baik dari manusia. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memperinci, yaitu: jika melihat keadaan sekarang maka malaikat lebih mulia sedang jika melihat di akherat, maka manusia lebih mulia. Dan hadits ini bukan menjadi dalil untuk dzikir berjama’ah. “Jika dia mengingatku dalam sekumpulan orang” maksudnya orang-orang sekitarnya kemungkinan adalah orang yang lalai atau dia berada di majelis ilmu dan mengingat Allah.

Urutan Hadits Qudsi itu terletak antara Al Qur’an dan Hadits Nabi.
Al Qur’an Al Karim: Dinisbatkan kepada Allah Ta’ala baik lafadz maupun maknanya.
Hadits Nabi: Dinisbatkan kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam : lafadz dan maknanya.
Hadits Qudsi: Dinisbatkan kepada Allah Ta’ala maknanya tanpa lafadznya.

Maka, membaca hadits Qudsi tidak dinilai sebagi ibadah, tidak boleh dibaca dalam sholat, tidak terwujud dengannya tantangan* dan tidak dinukil secara mutawattir seperti Al Qur’an bahkan di dalamnya ada yang shohih, dho’if dan maudhu’.

* Mu’jizat adalah sesuatu yang diberikan Allah kepada Nabi dan Rasul untuk menerima tantangan. Jika itu benar mu’jizat, maka tidak akan ada yang berhasil menantangnya. Dan hal ini tidak berlaku untuk hadits qudsi.
Tanya sama ustadz yg ahli hadits (spt di website eramuslim dsb).
Bener juga ya ^^ he he...udah nemu jawabannya, Pak. di website: muslimah.or.id

Hadits Qudsi (الحديث القدسي):
Hadits yang diriwayatkan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala, juga dinamai juga hadits Rabbani dan hadits Ilahi. Misalnya perkataan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam yang meriwayatkan dari Rabb Ta’ala, Dia berkata,

“Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku, dan aku bersamanya ketika mengingat-Ku, jika dia meningat-Ku dalam dirinya: maka aku mengingatnya dalam diri-Ku, Jika dia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dari sekumpulan orang tersebut.” *

* Di sini ada sifat an Nafs untuk Allah Ta’ala. Seperti dalam ayat 116 surat Al Maaidah, “Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.”. Hadits Qudsi ini juga menjadi dalil bahwa malaikat lebih baik dari manusia. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memperinci, yaitu: jika melihat keadaan sekarang maka malaikat lebih mulia sedang jika melihat di akherat, maka manusia lebih mulia. Dan hadits ini bukan menjadi dalil untuk dzikir berjama’ah. “Jika dia mengingatku dalam sekumpulan orang” maksudnya orang-orang sekitarnya kemungkinan adalah orang yang lalai atau dia berada di majelis ilmu dan mengingat Allah.

Urutan Hadits Qudsi itu terletak antara Al Qur’an dan Hadits Nabi.
Al Qur’an Al Karim: Dinisbatkan kepada Allah Ta’ala baik lafadz maupun maknanya.
Hadits Nabi: Dinisbatkan kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam : lafadz dan maknanya.
Hadits Qudsi: Dinisbatkan kepada Allah Ta’ala maknanya tanpa lafadznya.

Maka, membaca hadits Qudsi tidak dinilai sebagi ibadah, tidak boleh dibaca dalam sholat, tidak terwujud dengannya tantangan* dan tidak dinukil secara mutawattir seperti Al Qur’an bahkan di dalamnya ada yang shohih, dho’if dan maudhu’.

* Mu’jizat adalah sesuatu yang diberikan Allah kepada Nabi dan Rasul untuk menerima tantangan. Jika itu benar mu’jizat, maka tidak akan ada yang berhasil menantangnya. Dan hal ini tidak berlaku untuk hadits qudsi.
Raih Keberkahan Di Pagi Hari
Saudaraku, Islam ternyata sangat peduli dengan dinamika dan semangat beraktivitas di awal waktu. Setiap hari selalu diawali dengan datangnya waktu pagi. Waktu pagi merupakan waktu istimewa. Ia selalu diasosiasikan sebagai simbol kegairahan, kesegaran dan semangat. Barangsiapa merasakan udara pagi niscaya dia akan mengatakan bahwa itulah saat paling segar alias fresh sepanjang hari. Pagi sering dikaitkan dengan harapan dan optimisme. Pagi sering dikaitkan dengan keberhasilan dan sukses. Sehingga dalam peradaban barat-pun dikenal suatu pepatah berbunyi: ”The early bird catches the worm.” (Burung yang terbang di pagi harilah yang bakal berhasil menangkap cacing).

Dalam sebuah hadits ternyata Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam juga memberi perhatian kepada waktu pagi. Sehingga di dalam hadits tersebut beliau mendoakan agar ummat Islam peduli dan mengoptimalkan waktu spesial dan berharga ini.


Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berdoa: “Ya Allah, berkahilah ummatku di pagi hari.” Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam biasa mengirim sariyyah atau pasukan perang di awal pagi dan Sakhru merupakan seorang pedagang, ia biasa mengantar kafilah dagangnya di awal pagi sehingga ia sejahtera dan hartanya bertambah.” (HR Abu Dawud 2239)

Melalui doa di atas Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam ingin melihat umatnya menjadi kumpulan manusia yang gemar beraktifitas di awal waktu. Dan hanya mereka yang sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan dan keberkahan-lah yang bakal sanggup berpagi-pagi dalam kesibukan beraktifitas. Oleh karenanya, saudaraku, janganlah kita kecewakan Nabi kita. Janganlah kita jadikan doa beliau tidak terwujud. Marilah kita menjadi ummat yang pandai bersyukur dengan adanya waktu pagi. Marilah kita me-manage jadwal kehidupan kita sehingga di waktu pagi kita senantiasa dilimpahkan berkah karena kita didapati Allah dalam keadaan ber’amal.

Janganlah kita menjadi seperti sebagian orang di muka bumi yang membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja dengan aktifitas tidak produktif, seperti tidur misalnya. Biasanya mereka yang mengisi waktu pagi dengan tidur menjadi fihak yang sering kalah dan merugi. Bagaimana tidak kalah dan merugi? Pagi merupakan waktu yang paling segar dan penuh gairah... Bila di saat paling baik saja seseorang sudah tidak produktif, bagaimana ia bisa diharapkan akan sukses beraktifitas di waktu-waktu lainnya yang kualitasnya tidak lebih baik dari waktu pagi hari...???

Maka, di antara kiat-kiat agar insyaAllah kita selalu memperoleh keberkahan di pagi hari adalah:

Pertama, jangan biasakan begadang di malam hari. Usahakanlah agar setiap malam kita bersegera tidur malam. Idealnya kita jangan tidur malam melebihi jam sepuluh malam. Kalaupun banyak tugas, maka pastikan mulai tidur jangan lebih lambat dari jam sebelas. Kalaupun tugas sedemikian bertumpuknya, maka pastikan bahwa pukul duabelas tengah malam merupakan batas akhir kita masih bangun.

Kedua, pastikan bahwa sedapat mungkin kita bisa bangun di tengah malam sebelum azan Subuh untuk mengerjakan sholat tahajjud dan witir. Idealnya kita selalu berusaha untuk sholat malam sebagaimana Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, yaitu sebanyak delapan rakaat tahajjud dan tiga rakaat witir. Namun jika tidak tercapai, maka kurangilah jumlah rakaatnya sesuai kesanggupan fisik dan ruhani sehingga minimal dua rakaat tahjjud dan satu rakaat witir. Tapi ingat, ini hanya dikerjakan bila kita terpaksa karena tidur terlalu larut malam mendekati jam duabelas malam. Yang jelas, usahakanlah setiap malam agar kita selalu bisa melaksanakan sholat malam (tahjjud plus witir). Karena Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjamin bahwa orang yang menyempatkan diri untuk bangun malam dan sholat malam, maka ia bakal memperoleh semangat dan kesegaran di pagi harinya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang tidak menyempatkan diri untuk bangun dan sholat malam, maka di pagi hari ia bakal memiliki perasaan buruk dan malas.


“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan: Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhary 4/310)

Ketiga, pastikan diri tidak kesiangan sholat subuh. Dan khusus bagi kaum pria usahakanlah untuk sholat subuh berjamaah di masjid. Sebab sholat subuh berjamaah di masjid merupakan sarana untuk membersihkan hati dari penyakit kemunafikan.


Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi kaum munafik adalah sholat isya dan subuh (berjamaah di masjid). Andai mereka tahu apa manfaat di dalam keduanya niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak-rangkak. (HR Muslim 2/123)


”Dan sungguh dahulu pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya.” (HR Muslim 3/387)

Keempat, janganlah tidur sesudah sholat subuh. Segeralah isi waktu dengan sebaik-baiknya. Entah itu dengan bersegera membaca wirid atau ma’tsurat pagi atau apapun kegiatan bermanfaat lainnya. Barangkali bisa membaca buku, berolah-raga atau menulis buku atau bahkan berdagang sebagaimana kebiasaan sahabat Sakhru bin Wada’ah. Orang yang tidur di waktu pagi berarti menyengaja dirinya tidak menjadi bagian dari umat Islam yang didoakan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperoleh berkah Allah di pagi hari. Ia menyia-nyiakan kesempatan berharga. Pagi merupakan saat paling berkualitas sepanjang hari. Alangkah naifnya orang yang sengaja membiarkan waktu pagi berlalu begitu saja tanpa aktifitas bermanfaat dan produktif. Tak heran bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justru memobilisasi pasukan perangnya untuk berjihad fi sabilillah senantiasa di awal hari yakni di waktu pagi sehingga fihak musuh terkejut dan tidak siap menghadapinya.

Ya Allah, berkahilah kami di pagi hari selalu. Ya Allah, kami berlindung kepada Engkau dari kemalasan dan ketidakberdayaan dalam hidup kami, terutama di waktu pagi hari.

Minggu, 27 Desember 2009

Cinta adalah Fitrah

Abdullah Saleh Hadrami

Rasa cinta pasti ada pada makhluk yang bernyawa karena cinta adalah merupakan fitrah, naluriah dan sunnatullah.
Cinta adalah satu kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi di kalangan remaja, karena sudah menjadi anggapan umum bahwa cinta identik dengan ungkapan rasa sepasang sejoli yang dimabuk asmara.

Ada yang mengatakan cinta itu suci, cinta itu agung, cinta itu indah dan saking indahnya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya bisa dirasakan dll. Bahkan saking indahnya cinta, setan pun berubah menjadi bidadari.

Yang jelas karena cinta, banyak orang yang merasa bahagia namun sebaliknya karena cinta banyak pula orang yang dibuat tersiksa dan merana. Cinta dapat membuat seseorang menjadi sangat mulia, dan cinta pula yang menjadikan seseorang menjadi sangat tercela.

Cinta adalah topik terindah dalam pembicaraan remaja. Cinta memberi warna dalam setiap tindak tanduk dan pemikiran, khususnya remaja, dan lebih khusus lagi adalah wanita, sebagaimana dikatakan seorang pujangga, ?Hati wanita hanya mengenal satu kegembiraan di atas dunia ini, yaitu mencinta dan dicinta.?

Remaja tidak mungkin dipaksa menanggalkan rasa cinta. Ia hadir, terasa dan yang membuat hidup menjadi indah, itulah cinta. Tanpa cinta hidup ini terasa hampa dan kurang bersemangat.
Munajat Cinta...


YA ALLAH?
Aku Mohon KepadaMU CintaMU?
Cinta Siapa Saja Yang MenCintaiMU?
Cinta Apa Saja Yang Mendekatkanku Kepada CintaMU..
Jadikanlah CintaMU Lebih Berharga Bagiku
Daripada Air Dingin Bagi Orang Yang Kehausan?

YA ALLAH?
Jadikanlah Aku MencintaiMU Dengan Sepenuh Hati?
Selalu Mencari RidhaMU Dengan Upaya Maksimalku?

YA ALLAH?
Jadikanlah Semua Cintaku Hanya UntukMU?
Semua Usahaku Hanya Untuk Meraih RidhaMU?

YA ALLAH?
Hidupkan Aku Dengan CintaMU?
Matikan Aku Dengan CintaMU?
Bangkitkan Aku Dengan CintaMU?
CintaMU Bagiku Adalah Segala-galanya?

Oh Rabbi?
Jika Cintaku Kau Ciptakan Untuk Dia
Tabahkan Hatinya
Teguhkan Imannya
Sucikan Cintanya
Lembutkan Rindunya

Rabbi....
Jika Hatiku Kau ciptakan Untuk Dia
Penuhi Hatinya Dengan KasihMU
Terangi Langkahnya Dengan CahayaMU
Bisikkan Kedamaian Dalam Kegalauan
Temani Dia Dalam Kesepian

Rabbi...
Kutitipkan Cintaku PadaMU Untuknya
Resapkan Rinduku Pada Rindunya
Mekarkan Cintaku Bersama Cintanya
Satukan Hidupku Dan Hidupnya
Dalam CintaMU?
Sebab, Sungguh Aku Mencintainya KarenaMU...
Ibuku Seorang Pembohong ???

Sukar untuk orang lain percaya,tapi itulah yang terjadi, ibu
saya memang seorang pembohong!! Sepanjang ingatan saya
sekurang-kurangnya 8 kali ibu membohongi saya. Saya perlu catatkan
segala pembohongan itu untuk dijadikan renungan anda sekalian.
Cerita ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang
anak lelaki dalam sebuah keluarga sederhana. Makan minum serba
kekurangan.

PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA.
Kami sering kelaparan. Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa
makan ikan asin satu keluarga.

Sebagai anak yang masih kecil, saya sering merengut. Saya menangis,
ingin nasi dan lauk yang banyak.

Tapi ibu pintar berbohong ..... Ketika makan, ibu sering membagikan
nasinya untuk saya.

Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : ""Makanlah nak
ibu tak lapar."

PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA.
Ketika saya mulai besar, ibu yang gigih sering meluangkan watu
senggangnya untuk pergi memancing di sungai sebelah rumah.

Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit
makanan untuk membesarkan kami.

Pulang dari memancing, ibu memasak ikan segar yang mengundang selera.

Sewaktu saya memakan ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan
sisa daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa ikan yang saya makan tadi.
Saya sedih melihat ibu seperti itu. Hati saya tersentuh lalu memberikan ikan yg
belum saya makan kepada ibu.

Tetapi ibu dengan cepat menolaknya.. .. Ibu berkata : "Makanlah nak,
ibu tak suka makan ikan."

PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA.
Di awal remaja, saya masuk sekolah menengah.

Ibu biasa membuat kue untuk dijual sebagai tambahan uang saku saya dan
abang.

Suatu saat, pada dinihari lebih kurang pukul 1.30 pagi saya terjaga
dari tidur.

Saya melihat ibu membuat kue dengan ditemani lilin di hadapannya.

Beberapa kali saya melihat kepala ibu terangguk karena ngantuk.

Saya berkata : "Ibu, tidurlah, esok pagi ibu kan pergi ke kebun
pula."

Ibu tersenyum dan berkata : "Cepatlah tidur nak, ibu belum ngantuk."

PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT.
Di akhir masa ujian sekolah saya, ibu tidak pergi berjualan kue
seperti biasa supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk turut menyemangati.
Ketika hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari, ibu
terus sabar menunggu saya di luar.

Ibu seringkali saja tersenyum dan mulutnya komat-kamit berdoa kepada
Illahi agar saya lulus ujian dengan cemerlang.

Ketika lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, ibu dengan
segera menyambut saya dan menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam
botol yang dibawanya.

Kopi yang kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang ibu
yang jauh lebih kental.

Melihat tubuh ibu yang dibasahi peluh, saya segera memberikan cawan
saya itu kepada ibu dan menyuruhnya minum.

Tapi ibu cepat-cepat menolaknya dan berkata : "Minumlah nak, ibu tak
haus!!"

PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA.
Setelah ayah meninggal karena sakit, selepas saya baru beberapa bulan
dilahirkan, ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami
sekeluarga.

Ibu bekerja memetik cengkeh di kebun, membuat sapu lidi dan menjual
kue-kue agar kami tidak kelaparan.

Tapi apalah daya seorang ibu. Kehidupan keluarga kami semakin susah
dan susah.
Melihat keadaan keluarga yang semakin parah, seorang tetangga yang
baik hati dan tinggal bersebelahan dengan kami, datang untuk membantu
ibu. Anehnya, ibu menolak bantuan itu... Para tetangga sering kali
menasihati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang menjaga
dan mencarikan nafkah untuk kami sekeluarga..

Tetapi ibu yang keras hatinya tidak mengindahkan nasihat mereka. Ibu
berkata : "Saya tidak perlu cinta dan saya tidak perlu laki-laki."

PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM.
Setelah kakak-kakak saya tamat sekolah dan mulai bekerja, ibu pun
sudah tua.
Kakak-kakak saya menyuruh ibu supaya istirahat saja di rumah. Tidak
lagi bersusah payah untuk mencari uang.
Tetapi ibu tidak mau. Ibu rela pergi ke pasar setiap pagi menjual
sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya.

Kakak dan abang yang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan
uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, pun begitu ibu tetap berkeras tidak
mau menerima uang tersebut. Malah ibu mengirim balik uang itu, dan ibu
berkata : "Jangan susah-susah, ibu ada uang."

PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH.
Setelah lulus kuliah, saya melanjutkan lagi untuk mengejar gelar
sarjana di luar Negeri. Kebutuhan saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah
perusahaan besar. Gelar sarjana itu saya sudahi dengan cemerlang,
kemudian saya pun bekerja dengan perusahaan yang telah membiayai
sekolah saya di luar negeri.

Dengan gaji yang agak lumayan, saya berniat membawa ibu untuk
menikmati penghujung hidupnya bersama saya di luar negara.

Menurut hemat saya, ibu sudah puas bersusah payah untuk kami. Hampir
seluruh hidupnya habis dengan penderitaan, pantaslah kalau hari-hari tuanya
ibu habiskan dengan keceriaan dan keindahan pula. Tetapi ibu yang baik
hati, menolak ajakan saya.

Ibu tidak mau menyusahkan anaknya ini dengan berkata ; "Tak usahlah
nak, ibu tak bisa tinggal di negara orang."

PEMBOHONGAN IBU YANG TERAKHIR KALINYA.
Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima
berita ibu diserang penyakit kanker di leher, yang akarnya telah menjalar kemana-
mana. Ibu mesti dioperasi secepat mungkin.

Saya yang ketika itu berada jauh diseberang samudera segera pulang
untuk menjenguk ibunda tercinta.

Saya melihat ibu terbaring lemah di rumah sakit, setelah menjalani
pembedahan.

Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh
kerinduan. Ibu menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun agak kaku, aku yakin ia
lakukan itu dengan terpaksa lantaran sambil menahan sakit yang
menjalari setiap inci tubuhnya.

Saya dapat melihat dengan jelas betapa kejamnya penyakit itu telah
menggerogoti tubuh ibu, sehingga ibu menjadi terlalu lemah dan kurus.

Saya menatap wajah ibu sambil berlinangan air mata. Saya cium tangan
ibu kemudian saya kecup pula pipi dan dahinya.

Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat ibu dalam
keadaan seperti ini.

Tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata : "Jangan menangis nak, ibu tak
sakit."

Setelah mengucapkan pembohongan yang kedelapan itu, ibunda tercinta
menutup matanya untuk terakhir kali.

Dibalik kebohongannya, tersimpan cinta, harapan dan dorongannya yang
begitu besar dan tiada putus bagi anak2nya hingga ke detik-detik
terakhir sekalipun.

Anda beruntung karena masih mempunyai orangtua... Anda boleh memeluk
dan menciumnya.

Kalau orangtua anda jauh dari mata, anda boleh menelponnya sekarang,
dan berkata, 'Ibu/Ayah, saya sayang ibu/ayah'...
Tapi tidak saya lakukan, hingga kini saya diburu rasa bersalah yang
amat sangat karena biarpun saya mengasihi ibu lebih dari segala-galanya, tapi
tidak pernah sekalipun saya membisikkan kata-kata itu ke telinga ibu,
sampailah saat ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Saya sangat berharap dan berdoa kepada ALLAH SWT meskipun tidak pernah
saya ucapkan kalimat, " Ibu... sayang sekali pada Ibu... terima kasih
atas semua yang telah Ibu lakukan untuk saya ..." dalam setiap lantunan
dan lirih doa-doa saya saya munajatkan : Yaa ALLAH, ya Rabb, semoga
saja Ibu tahu kalau saya selalu mengucapkan rasa sayang dan terima
kasih saya pada Ibuku tercinta.

Ibu, maafkan saya. Saya sayang ibu.......

Untuk anda yang membaca cerita ini, saya punya satu pertanyaan :
sudahkah anda menghubungi Ibu anda meskipun via telepon untuk sekedar
menanyakan bagaimana keadaannya.. .?? jika belum, tidak ada salahnya
jika anda lakukan itu sekarang. Semoga dengan begitu Ibu anda tahu
bahwa anda sangat sayang padanya.

(diceritakan dan ditulis kembali oleh seseorang untuk menjadi
pelajaran kita semua.)