Selasa, 20 April 2010

chip poker

http://aplicationfacebook.110mb.com/freeaplication.html

Jumat, 09 April 2010

sejarah nabi muhammad SAW...

sejarah nabi muhammad SAW...
Muhammad bin ‘Abdullāh (Arab: ﷴ; Transliterasi: Muḥammad;[1] Templat:IPA-ar; [2][3][4] (ca. 570/571 Mekkah[مَكَةَ ]/[ مَكَهْ ] – 8 Juni, 632 Medina),[5] adalah pembawa ajaran Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir. Menurut biografi tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab disebut sirah), ia lahir diperkirakan sekitar 20 April 570/ 571, di Mekkah ("Makkah") dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini).
Michael H. Hart, dalam bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.[6]
Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), dan menambahkan kalimat Sallallaahu Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya. Selain itu Al-Qur'an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".

Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[8] Dimana Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.[9] Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
Riwayat
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[10], meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.[9]
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[8] Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, sesuai dengan arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).[9]
Berkenalan dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintai beliau, hingga akhirnya beliau memperoleh gelar Al-Amin yang artinya Orang yang dapat Dipercaya.
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang memiliki arti Yang Benar.
Kerasulan
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
“ Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5) ”
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya kepada sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi "mereka yang menyerahkan diri kepada Allah", yaitu penganut agama Islam.
Mendapatkan pengikut
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau "Madinatun Nabi" (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan Mekkah
Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
Sejumput Akhlak Rasulullah
Dikemukakannya beberapa contoh Akhlaq yang mulia Sayyidina AL-MUSHTHOFA, Muhammad saw adalah agar kita mengetahui dan mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Sejarah menjadi saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad saw “Al-Amin”, artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau belum dinyatakan sebagai Nabi. Peristiwa ini, belum pernah terjadi dalam sejarah Mekkah dan Arabia. Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah saw memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka, pastilah sungguh-sungguh langka lagi istimewa. [11]
Diriwayatkan tentang Rasulullah saw bahwa segala tutur kata beliau senantiasa mencerminkan kesucian dan bahwa beliau (tidak seperti orang-orang kebanyakan di zaman beliau) tidak biasa bersumpah (Turmudzi). Hal itu merupakan suatu kekecualian bagi bangsa Arab. Kami tidak mengatakan bahwa orang-orang Arab di zaman Rasulullah saw biasa mempergunakan bahasa kotor, tetapi tidak pelak lagi bahwa mereka biasa memberikan warna tegas di atas tuturan mereka dengan melontarkan kata-kata sumpah dalam kadar yang cukup banyak, suatu kebiasaan yang masih tetap berlangsung sampai hari ini juga. Tetapi Rasulullah saw menjunjung tinggi nama Tuhan sehingga beliau tidak pernah mengucapkan tanpa alasan yang sepenuhnya dapat diterima [12]
Beliau sangat memberikan perhatian, bahkan cermat sekali dalam soal kebersihan badan. Beliau senantiasa menggosok gigi beberapa kali sehari dan begitu telaten melakukannya sehingga beliau biasa mengatakan bahwa andaikata beliau tidak khawatir kalau mewajibkannya akan memberatkan, beliau akan menetapkan menjadi kewajiban untuk tiap-tiap orang muslim menggosok gigi sebelum mengerjakan kelima waktu sholat. Beliau senantiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah tiap kali makan, dan desudah makan beliau senantiasa berkumur dan memandang sangat baik tiap-tiap orang yang telah memakan masakan berkumur lebih dahulu sebelum ikut bersembahyang berjamaah (Al-Bukhori)
Dalam peraturan Islam, masjid itu satu-satunya tempat berkumpul yang ditetapkan untuk orang-orang Islam. Oleh karena Rasulullah saw sangat istimewa menekankan kebersihannya, terutama pada saat orang-orang diharapkan akan berkumpul di dalamnya. Beliau memerintahkan supaya pada kesempatan-kesempatan itu sebaiknya setanggi dsb dibakar untuk membersihkan udara (Abu Daud). Beliau juga memberi petunjuk jangan ada orang pergi ke masjid saat diadakan pertemuan-pertemuan sehabis makan sesuatu yang menyebarkan bau yang menusuk hidung (Al-Bukhori).
Beliau menuntut agar jalan-jalan dijaga kebersihannya dan tidak ada dahan ranting, batu dan semua benda atau sesuatu yang akan mengganggu atau bahkan membahayakan. Jika beliau sendiri menemukan hal atau benda demikian di jalan, beliau niscaya menyingkirkannya dan beliau sering bersabda bahwa orang yang membantu menjaga kebersihan jalan-jalan, ia telah berbuat amal sholih dalam pandangan Ilahi.
Diriwayatkan pula bahwa beliau memerintahkan supaya lalu-lintas umum tidak boleh dipergunakan sehingga menimbulkan halangan atau menjadi kotor atau melemparkan benda-benda yang najis, atau tidak sedap dipandang ke jalan umum atau mengotori jalan dengan cara apapun, karena semua itu perbuatan yang tidak diridhoi Tuhan. Beliau sangat memandang penting upaya agar persediaan air untuk keperluan manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya. Umumnya, beliau melarang sesuatu benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang mungkin akan mencemarinya, dan memakai persediaan air dengan cara yang dapat menjadikannya kotor (Al-Bukhori dan Muslim, Kitabal-Barr wal-Sila) [13]
Rasulullah saw sangat sederhana dalam hal makan dan minum. Beliau tidak pernah memperlihatkan rasa kurang senang terhadap makanan yang tidak baik masakannya dan tidak sedap rasanya. Jika didapatkannya makanan sajian serupa itu, beliau akan menyantapnya untuk menjaga supaya pemasaknya tidak merasa kecewa. Tetapi, jika hidangan tidak dapat dimakan, beliau hanya tidak menyantapnya dan tidak pernah memperlihatkan kekesalannya. Jika beliau telah duduk menghadapi hidangan, beliau menunjukkan minat kepada makanan itu dan biasa mengatakan bahwa beliau tidak suka kepada sikap acuh-tak-acuh terhadap makanan, seolah-olah orang yang makan itu terlalu agung untuk memperhatikan hanya soal makanan dan minuman belaka.
Jika suatu makanan dihidangkan kepada beliau, senantiasa beliau menyantapnya bersama-sama semua yang hadir. Sekali peristiwa seseorang mempersembahkan kurma kepada beliau. Beliau melihat ke sekitar dan setelah beliau menghitung jumlah orang yang hadir, beliau membagi rata bilangan kurma itu sehingga tiap-tiap orang menerima tujuh buah. Abu Huroiroh ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw tidak pernah makan sekenyang-kenyangnya, walaupun sekedar roti jawawut (Al-Bukhori).
Sekali peristiwa, ketika beliau melalui jalan tampak kepada beliau beberapa orang berkumpul mengelilingi panggang anak kambing dan siap untuk menikmati jamuan. Ketika mereka melihat Rasulullah saw mereka mengundang beliau ikut serta, tetapi beliau menolak. Alasannya bukan karena beliau tidak suka daging panggang, tetapi disebabkan oleh kenyataan bahwa beliau tidak menyetujui orang mengadakan perjamuan di tempat terbuka dan terlihat oleh orang miskin yang tak cukup mempunyai makanan.
Tiap-tiap segi kehidupan Rasulullah saw nampak jelas diliputi dan diwarnai oleh cinta dan bakti kepada Tuhan. Walaupun pertanggung-jawaban yang sangat berat terletak di atas bahu beliau, bagian terbesar dari waktu, siang dan malam dipergunakan untuk beribadah dan berdzikir kepada Tuhan. Beliau biasa bangkit meninggalkan tempat tidur tengah malam dan larut dalam beribadah kepada Tuhan sampai saat tiba untuk pergi ke masjid hendak sembahyang subuh. Kadang-kadang beliau begitu lama berdiri dalam sembahyang tahajjud sehingga kaki beliau menjadi bengkak-bengkak, dan mereka yang menyaksikan beliau dalam keadaan demikian sangat terharu. Sekali peristiwa Aisyah ra berkata kepada beliau “Tuhan telah memberi kehormatan kepada engkau dengan cinta dan kedekatan-Nya. Mengapa engkau membebani diri sendiri dengan menanggung begitu banyak kesusahan dan kesukaran?” Beliau menjawab “Jika Tuhan, atas kasih sayang-Nya, mengaruniai cinta dan kedekatan-Nya kepadaku, bukankah telah menjadi kewajiban pada giliranku senantiasa menyampaikan terima kasih kepada Dia? Bersyukurlah hendaknya sebanyak bertambahnya karunia yang diterima (Kitabul-Kusuf) [14]
Tuhan telah memberikan mata untuk melihat; maka bukan ibadah tetapi aniaya kalau mata dibiarkan pejam atau dibuang. Bukan penggunaan kemampuan melihat secara tepat yang dapat dipandang dosa, melainkan penyalahgunaan daya itulah yang menjadi dosa…
Siti Aisyah meriwayatkan “Bilamana Rasulullah saw dihadapkan kepada pilihan antara dua cara berbuat, beliau senantiasa memilih jalan yang termudah, asalkan bebas dari segala kecurigaan bahwa itu salah atau dosa. Kalau arah perbuatan itu membuka kemungkinan timbulnya kecurigaan serupa itu, maka Rasulullah saw itulah orangnya, dari antara seluruh umat manusia yang paling menjauhinya (Muslim, kitabul-Fadhoil) [15]
Beliau sangat baik dan adil terhadap istri-istri sendiri. Jika, pada suatu saat salah seorang di antara mereka tidak dapat membawa diri dengan hormat yang layak terhadap beliau, beliau hanya tersenyum dan hal itu dilupakan beliau. Pada suatu hari beliau bersabda kepada Siti Aisyah ra, Aisyah jika engkau sedang marah kepadaku, aku senantiasa dapat mengetahuinya” Aisyah ra bertanya “Bagaimana?” Beliau menjawab “Aku perhatikan jika engkau senang kepadaku dan dalam percakapan kau menyebut nama Tuhan, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Muhammad. Tetapi jika engkau tidak senang kepadaku, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Ibrahim” Mendengar keterangan itu Aisyah tertawa dan mengatakan bahwa beliau benar” [16]
Beliau senantiasa sangat sabar dalam kesukaran dan kesusahan., Dalam keadaan susah, beliau tak pernah putus asa dan beliau tak pernah dikuasai oleh suatu keinginan pribadi… Sekali peristiwa beliau menjumpai seorang wanita yang baru ditinggal mati oleh anaknya, dan melonglong dekat kuburan anaknya. Beliau menasehatkan agar bersabar dan menerima taqdir Tuhan dengan rela dan menyerahkan diri. Wanita itu tidak mengetahui bahwa ia ditegur oleh Rasulullah saw dan menjawab “Andaikan engkau pernah mengalami sedih ditinggal mati oleh anak seperti yang kualami, engkau akan mengetahui betapa sukar untuk bersabar di bawah himpitan penderitaan serupa itu.” Rasulullah saw menjawab “Aku telah kehilangan bukan hanya seorang tetapi tujuh anak”. Dan beliau terus berlalu. [17]
Beliau senantiasa dapat menguasai diri. Bahkan ketika beliau sudah menjadi orang paling berkuasa sekalipun selalu mendengarkan dengan sabar kata tiap-tiap orang, dan jika seseorang memperlakukan beliau dengan tidak sopan, beliau tetap melayaninya dan tidak pernah mencoba mengadakan pembalasan [18]
Rasulullah saw mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan. Sekali peristiwa suatu perkara dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawati terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu menggemparkan, karena jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu, martabat suatu keluarga sangat terhormat akan jatuh dan terhina. Banyak yang ingin mendesak Rasulullah saw demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian. Maka Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah saw, tetapi serentak beliau mengerti maksud tugasnya itu, beliau sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tetapi berlaku kejam terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengidzinkan dan akupun sekali-kali tidak akan mengizinkan. Sungguh, jika Fathimah anak perempuanku sendiri melakukan kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil “ (Al-Bukhori, Kitabul-Hudud) [19]
Rasulullah saw senantiasa prihatin memikirkan untuk memperbaiki keadaan golongan yang miskin dan mengangkat taraf hidup mereka di tengah-tengah masyarakat. Seorang wanita muslimah biasa membersihkan masjid Nabi di Madinah. Rasulullah saw tidak melihatnya lagi beberapa hari dan beliau menanyakan ihwalnya. Disampaikan kepada beliau bahwa ia sudah meninggal. Beliau bersabda, “Mengapa aku tidak diberi tahu kalau ia meninggal? Aku pasti ikut dalam sembahyang janazahnya” dan menambahkan. Barangkali kalian tidak memandangnya cukup penting karena ia miskin. Anggapan itu salah. Bawalah aku ke kuburnya.” Kemudian beliau pergi ke sana dan mendoa untuk dia (Al-Bukhori, Kitabus-Salat) [20]
Abu Musa Al-Asy’ari meriwayatkan jika seorang miskin menghadap Rasulullah saw dan mengajukan permintaan, beliau biasa bersabda kepada orang yang ada disekitar beliau, “Kemudian juga hendaknya memenuhi permintaannya itu sehingga mendapat pahala sebagai orang yang berperan serta dalam menggalakkan perbuatan baik’ (Al-Bukhori dan Muslim), dengan tujuan membangkitkan rasa cenderung untuk menolong si miskin di satu pihak dalam hati para sahabat dan dipihak lain menimbulkan kesadaran dalam hati kaum fakir-miskin adanya cinta-kasih saudara-saudara mereka yang kaya. [21]
Ketika Islam berangsur-angsur diterima secara umum oleh bagian terbesar bangsa Arab, Rasulullah saw sering menerima barang dan uang berlimpah-limpah, beliau segera membagi-bagikan hadiah itu di antara mereka yang sangat membutuhkan. Sekali peristiwa anak beliau, Fathimah datang mendapatkan beliau sambil memperlihatkan tapak tangannya yang tebal dan keras akibat pekerjaan menepung gandum dengan batu, memohon agar diberi seorang budak untuk meringankan pekerjaannya. Rasulullah saw menjawab, “Aku akan menceriterakan kepadamu sesuatu yang nanti akan terbukti jauh lebih berharga daripada seorang budak. Jika engkau akan tidur pada malam hari, engkau hendaknya membaca SubchanAllah 33 kali, Al-chamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 34 kali. Hal itu akan jauh lebih banyak menolongmu daripada memelihara seorang budak” (Al-Bukhori). [22].
Beliau senantiasa menganjurkan kepada mereka yang mempunyai budak-budak supaya memperlakukan mereka dengan baik serta kasih sayang. Beliau menetapkan bahwa jika si pemilik memukul budaknya atau memaki-makinya, maka satu-satunya perbaikan yang dapat dilakukannya ialah memerdekakannya (Muslim, Kitabul-Iman). [23]
Rasulullah saw sangat berhasrat memperbaiki keadaan wanita di tengah-tengah masyarakat, menjamin mereka mendapat kedudukan terhormat dan perlakuan wajar lagi pantas. Islam adalah agama pertama yang memberikan hak waris kepada wanita…
Jika dalam satu perjalanan beliau ada wanita-wanita yang ikut serta, beliau senantiasa memberi petunjuk supaya kafilah bergerak lambat dan berhenti-berhenti secara bertahab. Pada suatu kesempatan serupa itu ketika orang-orang berjalan cepat, beliau bersabda “Perhatikan kaca! Perhatikan kaca!” dengan maksud mengatakan bahwa ada wanita-wanita dalam rombongan dan bahwa jika onta-onta dan kuda-kuda berlari cepat, mereka itu akan menderita dari bantingan-bantingan binatang-binatang itu (Al-Bukhori, Kitab Al-Adab) [24]
Beliau menetapkan bahwa orang tidak boleh membicarakan keburukan seseorang yang telah meninggal, melainkan hendaknya menekankan kepada kebaikan apa saja yang dimiliki almarhum, sebab tidak ada faedahnya menyebut-nyebut kelemahan atau kejahatan orang yang sudah meninggal. Tetapi dengan mengemukakan kebaikan-kebaikan almarhum orang akan cenderung mendoakan (Al-Bukhori). [25]
Perlakuan Rasulullah saw terhadap tetangga dengan ramah dan penuh perhatian; beliau sangat menekankan agar orang berbakti dan mengkhidmati orang tua serta memperlakukan mereka dengan baik dan kasih-sayang; beliau selamanya memilih pergaulan dengan orang-orang baik dan jika melihat suatu kelemahan pada salah seorang dari para sahabat, beliau menegurnya dengan ramah secara berempat mata; Rasulullah saw sangat berhati-hati membawa diri agar tidak timbul kemungkinan adanya salah faham; Beliau tidak pernah mengemukakan kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan orang lain dan menasehati orang-orang jangan mengumumkan kesalahan-kesalahan sendiri; Kesusahan, penderitaan atau kemalangan di saat menjelang wafat, beliau pikul dengan penuh kesabaran sampai-sampai Fathimah ra tidak tahan melihat ayahnya dalam keadaan demikian, namun beliau bersabda kepadanya: “Bersabarlah, ayahmu tidak akan menderita lagi sesudah hari ini”;
Rasulullah saw menekankan agar para sahabat bekerja sama satu dengan lainnya. Ketika seseorang mengadukan saudaranya yang bermalas-malasan, beliau bersabda kepadanya: “Tuhan telah mencukupi kebutuhanmu berkat adanya saudaramu, dan karena itu menjadi kewajibanmu mencukupi kebutuhannya dan membiarkan dia bebas mengkhidmati agama” (Turmudzi).
Rasulullah saw dalam jual-beli secara terus terang dan sangat mendambakan orang-orang muslim agar jangan melakukan kelicikan dalam transaksi atau jual-beli. Beliau senantiasa optimis menghadapi masa depan. Beliau sangat memusuhi sikap pesimis atau keputusasaan, Beliau bersabda: “Siapa yang menyebarkan rasa pesimis di kalangan masyarakat, ia bertanggung jawab atas kemunduran bangsa; sebab pikiran-pikiran pesimis mempunyai kecenderungan mengecutkan hati dan menghentikan laju kemajuan [26].
Rasulullah saw memperingatkan para sahabat agar memperlakukan hewan-hewan dengan baik dan mengecam bersikap kejam terhadap hewan. Beliau sering menceriterakan tentang wanita Yahudi yang dihukum Allah swt lantaran membiarkan kucingnya mati kelaparan.
Rasulullah saw bukan saja menekankan pada kebaikan toleransi dalam urusan agama, tetapi memberikan contoh-contoh yang sangat tinggi dalam urusan ini. Suatu delegasi suku Kristen Najron yang telah berdialog selama beberapa jam, meminta idzin untuk meninggalkan masjid untuk mengadakan kebaktian di tempat yang tenang, Rasulullah saw bersabda: “Mereka tidak perlu meninggalkan masjid yang memang merupakan tempat khusus untuk kebaktian kepada Tuhan dan mereka dapat melakukan ibadah mereka di situ (Az-Zurqani)
Keberanian Rasulullah saw luar biasa, ketika terjadi isu bahwa pasukan Romawi akan mengadakan pendudukan di Madinah dan ketika ada suara gaduh di tengah malam, beliau mengadakan penelitian sendiri dengan menaiki kudanya. Beliau sangat lunak terhadap orang yang kurang sopan terhadap beliau.
Rasulullah saw sangat menaruh penting ihwal asas menyempurnakan perjanjian. Sekali peristiwa seorang duta datang kepada beliau dengan tugas istimewa dan sesudah ia tinggal beberapa hari bersama beliau, ia yakin akan kebenaran Islam dan mohon diperbolehkan bai’at masuk Islam. Rasulullah saw menjawab bahwa perbuatannya itu tidak tepat karena ia datang sebagai duta dan telah menjadi kewajibannya untuk pulang ke pusat Pemerintahannya tanpa mengadakan hubungan baru, jika sesudah pulang ia masih yakin akan kebenaran Islam, ia dapat kembali lagi sebagai orang bebas dan masuk Islam [27].
Beliau sangat menghargai mereka yang membaktikan waktu dan harta bendanya untuk menghidmati umat manusia. Suku Arab , Banu Tho‘i mulai mengadakan permusuhan terhadap Rasulullah saw dan kekuatan mereka dapat dikalahkan dan beberapa orang ditawan dalam sebuah peperangan. Seorang dari tawanan itu adalah seorang anak perempuan Hatim, seorang yang kebaikan dan kemurahannya telah menjadi buah bibir bangsa Arab. Ketika anak Hatim menerangkan kepada Rasulullah saw mengenai silsilah kekeluargaannya, beliau memperlakukan wanita itu dengan penghormatan yang besar dan sebagai hasil dari perantaraannya beliau membatalkan semua hukuman yang tadinya akan dijatuhkan atas wanita itu sebagai tindak balasan terhadap serangan mereka [28].
Sedemikian agung dan indahnya Akhlaq Muhammad Rasulullah saw, sebagai hamba teladan umat manusia yang hidup sezaman dengan beliau maupun umat manusia yang hidup sesudahnya hingga hari Qiamat, karena itu hanya ada satu syahadat pada beliau saja yang disyari’atkan dalam agama dan wajib diikrarkan oleh setiap orang yang masuk ke dalam agama Islam, sebagai tekad untuk mengawali dalam mengikuti dan meneladani kehidupan beliau. Adapun jaminan bagi orang yang telah mengikrarkan syahadat itu adalah sorga, sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut:
Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah Yang Esa yang tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya, maka tiada seorang pun yang bertemu dengan kedua kalimah syahadat itu pada Hari Qiamat, kecuali ia dimasukkan kedalam sorga karena apa yang ada di dalamnya [29]
Mukjizat
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad pun diberikan mukjizat sebelum masa kenabian dan selama kenabian. Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur'an. Selain itu, Muhammad juga diyakini oleh umat Islam pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra dan Mi'raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.
Fisik dan ciri-ciri Muhammad
Aisyah dan Ali bin Abi Thalib telah merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan keseharian Muhammad, diantaranya adalah rambut ikal berwarna sedikit kemerahan,[30] terurai hingga bahu. Kulitnya putih kemerah-merahan, wajahnya cenderung bulat dengan sepasang matanya hitam dan bulu mata yang panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak tangannya.
Tulang kepala besar dan bahunya lebar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, berpostur kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu badannya halus memanjang dari pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.[31]
Apabila berjalan cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang ia adalah penutup para nabi. Ia adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.
Setiap orang yang bertemu Muhammad pasti akan berkata, "Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya." Begitulah Muhammad di mata khalayak, sebab ia berakhlak sangat mulia seperti yang digambarkan Al-Qur’an,
“ "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."(Al-Qalam: 4) ”
Dalam hadits riwayat Bukhari, Muhammad digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban.[32]
Dalam satu hadits diterangkan mengenai corak fisik Rasulullah, yaitu: Anas bin Malik (ra) meriwayatkan: Rasulullah saw. bertubuh sedang, bercorak kulit cerah, tidak putih sekali namun tidak pula hitam benar. Rambut beliau dapat dikatakan lurus dan agak berombak. Allah Ta’ala mengangkat beliau sebagai Nabi ketika berusia empat puluh tahun. Sesudah itu beliau sempat tinggal di Mekah selama tiga belas tahun. Lalu di Madinah selama sepuluh tahun. Allah memanggil beliau ke hadirat-Nya pada umur enam puluh tiga tahun. Saat itu baru sedikit saja uban yang tumbuh di rambut dan janggut beliau.
Anas (ra) juga meriwayatkan: Rasulullah (saw) tingginya sedang; tidak tinggi benar maupun pendek; beliau tegap. Rambut beliau tidak keritingnamun tidak pula lurus sama sekali. Warna kulit beliau sedang, tapi cerah. beliau berjalan dengan gesit. Melangkah dengan tubuh sedikit condong ke depan.
Bara’a bin Aazib (ra) meriwayatkan: Rasulullah (saw) tingginya sedang, dengan tulang belikat (pundak) yang bidang. Rambut beliau cukup tebal, panjangnya sampai batas telinga. Saya belum pernah melihat sesuatu yang lebih menarik dari beliau
Ali Bin Abi Thalib (ra) meriwayatkan: Rasulullah (saw) tidaklah tinggi; juga tidak pendek. Telapak tangan dan kaki beliau padat berisi. Beliau memiliki kepala yang agak besar dan kuat. Bulu-bulu halus tumbuh di dada beliau dan terus kebawah sampai pusar. Jika beliau berjalan, melangkahnya seolah-olah seperti turun (meloncat) dari suatu ketinggian. Saya belum pernah melihat beliau diantara sahabat-sahabatnya, dan dari antara orang-orang yang datang sesudah (wafatnya) beliau.
Ali bin Abi Thalib (ra) juga meriwayatkan: Rambut Rasulullah lurus dan sedikit berombak. Beliau tidak berperawakan gemuk dan tidak pula tampak terlalu berat, beliau berperawakan baik dan tegak. Warna kulit beliau cerah, mata beliau hitam dengan bulu mata yang panjang. Sendi-sendi tulang beliau kuat dan dada beliau cukup kekar, demikian pula tangan dan kaki beliau. Badan beliau tidak berbulu tebal, tapi hanya bulu-bulu tipis dari dada ke bawah sampai di pusar beliau. Jika beliau sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau akan mengarahkan wajah beliau ke orang tersebut (penuh perhatian). Diantara tulang belikat beliau “tanda” kenabian beliau. Beliau adalah orang yang paling baik hati, orang yang paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baik keturunan. Siapa saja yang mendekati beliau akan langsung merasa hormat dan khidmat. Dan siapa yang bergaul dengan beliau akan langsung menghargai dan mencintainya. Saya belum pernah meliahat orang lain seperti beliau.
Hind bin Abi Halah (ra) telah diceritakan oleh Hasan bin Ali (ra) sebagai berikut: Rasulullah (saw) memiliki pribadi mulia dan diakui sangat agung dalam pandangan orang yang melihatnya. Wajah beliau bercahaya seterang bulan purnama. Beliau sedikit lebih tinggi dari rata-rata kami tapi lebih pendek dari orang yang jangkung. Kepala beliau lebih besar dari rata-rata, dan rambut beliau agak keriting (berombak). Jika dapat dikuakan (dibelah), maka beliau kuakan, Jika tidak dapat maka beliau biarkan saja. Saat rambut beliau agak panjang, akan mencapai kuping telinga beliau. Kulit beliau berwarna cerah dan dahi beliau lebar. Alis mata beliau lengkung hitam dan tebal. dianta alisnya nampak urat darah halus yang berdenyut bila beliau emosi atau bergairah. Hidung beliau agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak menonjol jika kita pertama kali melihatnya, padahal tidak demikian sebenarnya. Beliau berjanggut tipis tapi penuh rata sampai di pipi. Mulut beliau sedang, gigi beliau putih cemerlang dan agak renggang. Pundak beliau bagus dan terpasang kokoh, seperti di cor dengan perak. Anggota tubuh beliau yang lain serba normal dan proporsional. Dada dan pinggang beliau seimbang ukurannya. Daerah di sekitar tulang belikat beliau cukup lebar, dan terpasang dengan baik. Bagian-bagian tubuh beliau yang tidak tertutuppun nampak bersih dan bercahaya. Kecuali bulu-bulu halus yang tumbuh dari dada dan tumbuh sampai ke pusar. Lengan dan dada bagian atas beliau berbulu. Pergelangan tangan beliau cukup panjang, telapak tangan beliau agak lebar serta baik telapak tangan maupun kaki beliau padat berisi, jari-jari tangan dan kaki beliau cukup langsing. Telapak kaki beliau cukup lengkungannya dan atasnya halus serta bagus bentuknya, sehingga saat beliau mencucinya, maka air akan meluncur dengan cepat ke bawah. Jika beliau berjalan, beliau melangkah dengan posisi badan agak condong ke depan, tapi beliau melangkah dengan anggun. Langkah beliau panjang dan cepat serta terlihatseperti turun (loncat) dari suatu ketinggian. Jika beliau sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau memandang orang itu dengan penuh perhatian. Pandangan beliau selalu ditundukkan sesuai aturan (dalam Alquran), dan lebih sering melihat ke bawah dari pada ke atas. Beliau tidak pernah memelototi seseorang, pandangan mata beliau selalu menyejukkan. Beliau juga selalu berjalan agak di belakang, terutama saat melakukan perjalanan jauhdan beliau selalu lebih dulu menyapa orang yang ditemuinya di jalan.
Jabir bin Samurah (ra) meriwayatkan: Rasulullah (saw) memiliki mulut yang agak lebar, di mata beliau terlihat juga garis-garis merahnya. Dan tumit beliau langsing.
Jabir (ra) juga meriwayatkan: Saya berkesempatan melihat Rasulullah (saw) di bawah sinar rembulan, san (saya) perhatikan pula rembulan tersebut, bagi saya beliau lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq (ra) mengemukakan: Bara’a bin Aazib (ra) pernah ditanya, “Apakah rona wajah Rasulullah (saw) cemerlang seperti pedang yang mengkilap?” Ia menjawab “Tidak! tapi lebih mirip dengan purnama yang cerah.”
Abu Hurairah (ra) mengemukakan: Rasulullah begitu rupawan, seperti beliau dibentuk dari perak. Rambut beliau cenderung berombak.
Abu Hurairah (ra) juga meriwayatkan: Saya belum pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih tampan dari Rasulullah (saw); roman mukanya secemerlang matahari, juga tidak pernah melihat orang yang secepat beliau. Seolah-olah bumi ini digulung oleh langkah-langkah beliau ketika sedang berjalan. Walaupun kami berusaha untuk mengimbangi jalan beliau. Tapi beliau tampaknya seperti berjalan santai saja.
Jabir bin Abdullah (ra) meriwayatkan, Rasulullah (saw) pernah bersabda: Aku menyaksikan pemandangan (rohani) tentang para nabi. Diantaranya, Musa (as). Beliau (Musa as) berperawakan langsing seperti orang-orang dari suku Shannah; dan aku menyaksikan Isa ibnu Maryam (as) yang mirip dari antara orang yang pernah saya lihat, yaitu Urwah bin Mas’ud (ra) dan aku melihat Ibrahim (as), beliau sangat mirip dengan sahabatmu ini (maksudnya diri beliau sendiri), saya juga melihat malaikat Jibril yang mirip dengan Dehya Kalbi”
Said al jahiri (ra) meriwayatkan: Saya pernah mendengar Abu Taufik (ra) berkata: “Sekarang ini tidak ada lagi yang tinggal (masih hidup) yang pernah melihat diri Rasulullah, kecuali saya.” Maka saya (Said ra) berkata padanya: “Gambarkanlah kepadaku.” Ia menjawab, “Rasulullah (saw) itu roman mukanya sangat cerah dan perawakannya sangat baik.
Ibnu Abbas mengatakan: Gigi depan Rasulullah (saw) agak renggang (tidak terlalu rapat) dan jika beliau berbicara tampak putih berkilau. [33]
Pernikahan
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.[34] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[35][36] sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total sebelas orang, dimana sembilan diantaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.
Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).[37]

Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
Referensi
1. ^ Unicode has a special "Muhammad" ligature at U+FDF4 ﷴ
2. ^ dengarkan for the Pengucapan Arab.
3. ^ berbagai nama Muhammad dalam bahasa Prancis: "Mahon, Mahomés, Mahun, Mahum, Mahumet"; dalam bahasa Jerman: "Machmet"; dan dalam bahasa Islandia kuno: "Maúmet" cf Muhammad, Encyclopedia of Islam
4. ^ The sources frequently say that, in his youth, he was called by the nickname "Al-Amin" meaning "Honest, Truthful" cf. Ernst (2004), p. 85.
5. ^ Elizabeth Goldman (1995), p. 63
6. ^ Hart, Michael. 2007. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam: Karisma Publising Group.
7. ^ See Muhittin Serin (1988)
8. ^ a b Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta: Penerbit Serambi, 2002. ISBN 979-3335-16-5
9. ^ a b c Subhani, Ja'far. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: Penerbit Lentera, 2002. ISBN 979-8880-13-7
10. ^ Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'b.
11. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 372-373
12. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 373-374
13. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 374-375
14. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 381
15. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 389-390
16. ^ Al-Bukhori, Kitabun-Nikah) (Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 391
17. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 393-394
18. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 394
19. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 396
20. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 399
21. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 402
22. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 402
23. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 403
24. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 407
25. ^ Pengantar untuk mempelajari Al-Quran, hal. 409
26. ^ Muslim, Bagian II, Jilid 2
27. ^ Abu Daud, bab tentang Wafa bil-Ahd
28. ^ Halbiyah, Jilid III, hal. 227
29. ^ Ath-Thobroni dalam Al-Ausath dari Abdurrahman bin Abi Amrah Al-Anshari dari ayahnya dan Kanzul-Ummal, Juz I/ 139
30. ^ "Sudah jelas aku melihat Rasulallah mencat rambutnya dengan henna dan itulah sebabnya akupun mencat rambutku dengan henna." Hadits riwayat Imam Bukhari, vol.I no.167, vol.IV no.747 dan vol.VIII no.785.
31. ^ Ali bin Abi Thalib, ia berkata, "Rasulullah memiliki jari jemari tangan dan kaki yang tebal dan lentik memanjang." (HR. Ahmad, Al-Mizzi dalam Tandzib Al-Kamal, dan Ibnu Sa'ad)
32. ^ Dikisahkan oleh Ismail bin Abi Khalid, "Aku mendengar Abu Juhaifa berkata, "Aku melihat sang Nabi dan Al-Hasan bin Ali tampak mirip dia. "Aku berkata pada Abu Juhaifa, "Coba gambarkan sosok nabi padaku." Dia berkata, "Dia berkulit putih dan jenggotnya hitam dengan uban putih. Dia berjanji membei kami 13 ekor unta betina, tapu dia terlanjur mati terlebih dahulu sebelum kami menerimanya." Hadits riwayat Imam Bukhari, vol.IV no.744.
33. ^ Wajah Rasulullah saw, Dr. Sir. M. Zafrullah Khan, arista, April 1996 hal. 1-5
34. ^ Esposito, John (1998). Islam: The Straight Path. Oxford University Press. ISBN 0-19-511233-4. p.18
35. ^ Bullough, Vern; Brenda Shelton, Sarah Slavin (1998). The Subordinated Sex: A History of Attitudes Toward Women. University of Georgia Press. ISBN 978-0-8203-2369-5. p.119
36. ^ Reeves, Minou (2003). Muhammad in Europe: A Thousand Years of Western Myth-Making. NYU Press. ISBN 978-0-8147-7564-6. p.46
37. ^ Watt, M. Aisha bint Abi Bakr. Article at Encyclopaedia of Islam Online. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912. pp. 16-18

Minggu, 04 April 2010

PANUTAN YANG BAIK
] Indonesia [

وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.
Orang-orang selalu memperhatikan contoh yang lebih tinggi yang mereka ikuti, mengikuti jejak langkahnya, dan menapak tilas sepak terjangnya. Dan tabiyah Islam memunculkan di dalam jiwa para pengikutnya usaha menuju yang lebih tinggi dan mendaki menuju puncak Islam, karena itulah di antara do'a 'ibadurrahman:
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. al-Furqan:74)
Mujahid rahimahullah menjelaskan pengertian imam di sini, ia berkata: 'Pemimpin dalam taqwa, sehingga kita mengikuti generasi sebelum kita dan generasi setelah kita mengikuti kita.' Pengertian hal itu bahwa orang yang menjadi panutan yang baik selalu menapak tilas langkah orang-orang sebelumnya dalam kebaikan dan menjadi panutan bagi generasi sesudahnya. Maka dia memimpin manusia dalam perbuatan baik dan orang-orang mengikutinya, sebagaimana ia selalu berusaha mengikuti orang-orang shalih dari generasi salafus shalih. Dan inilah yang menjadi penyebab kepercayaan dengannya dan mengikutinya.
Beberapa tafsir menguatkan pengertian ini dan Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan beberapa pendapat yang mendukung pengertian ini. Sungguh hal ini merupakan kondisi pemimpin orang-orang yang berjihad, ketika Allah  menjadikannya sebagai panutan generasi sesudahnya, sebagaimana Allah  menyuruhnya agar mengikuti para nabi sebelumnya:
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.. (QS. al-An'aam :90)
Apabila para da'i dan ustadz tidak menjadi panutan di atas level ini niscaya mereka tidak bisa mendapatkan khilafah di muka bumi. Khalilullah Ibrahim , ketika Allah  menjadikannya sebagai pemimpin yang diikuti manusia, ia berkata: …'"(Dan saya mohon juga) dari keturunanku…' Allah  mengabarkan kepadanya bahwa di antara mereka ada yang durhaka dan zalim yang tidak berhak menjadi pemimpin Dia  berfirman : '…
لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
"Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". (QS. al-Baqarah:124)
Maka apabila kita ingin supaya Allah  menolong kita dalam menegakkan imamah kubra (kepemimpinan besar/tertinggi) maka hendaklah kita memohon pertolongan kepada Allah  atas diri kita supaya kita menjadi pemimpin dalam penutan dan ikutan.
Dan dasar segalanya dalam kepemimpinan yang menjadi panutan: bahwa kita mengajak manusia dengan perbuatan kita sebelum ucapan kita. Abdul Wahid bin Ziyad rahimahullah berkata: 'Hasan al-Bashri rahimahullah tidak mencapai apa yang telah dicapainya kecuali bahwa apabila dia menyuruh manusia dengan sesuatu dia adalah yang lebih dahulu melakukannya. Dan apabila ia melarang mereka dari sesuatu ia adalah yang paling jauh darinya.' Dan tatkala Rasulullah  melemparkan cincin emasnya, orang-orang pun melemparkan cincin emas mereka (maka hal itu menunjukkan bahwa perbuatan lebih kuat pengaruhnya dari pada ucapan).
Sesungguhnya orang yang menjadi contoh yang baik meninggalkan banyak sekali perkara yang mubah (boleh) karena berhati-hati untuk perkara agamanya, jauh dari perkara syubhat dan menjauhkan diri dari tempat yang menimbulkan keraguan, karena ia membuat orang menjauh dari mengikutinya (ini sudah pasti pada para ulama dan orang yang menjadi panutan, maka mereka tidak boleh melakukan perbuatan yang menyebabkan prasangka buruk terhadapnya, sekalipun ia punya alasan, karena hal itu menjadi penyebab mereka tidak mengambil manfaat dengan ilmu mereka), seperti yang dikatakan Ibnu Hajar.
Dan sesungguhnya seorang laki-laki yang menjadi panutan lebih berat terhadap musuh Allah  dari segala persiapan. Karena itulah ketika orang-orang mengharapkan (emas yang mereka infakkan di jalan Allah), ucapan Umar  adalah: 'Akan tetapi aku mengharap laki-laki seperti Abu Ubaidah bin Jarrah , Mu'adz bin Jabal , dan Salim Maula Abi Huzaifah , maka aku meminta bantuan dengan mereka untuk meninggikan kalimah Allah .'
Orang-orang tidak akan percaya denganmu dan tidak akan terpengaruh dengan ucapanmu, sedangkan engkau hidup mewah di atas kenikmatan yang tidak mereka dapatkan. Karena itulah Ali  berhati-hati untuk dirinya dan untuk pandangan manusia, maka ia memakai pakaian bertambah. Maka tatkala sebagian orang mengkritik pakaian Ali , ia menjawab: 'Apakah urusanmu dan pakaian, ia lebih jauh dari sifat sombong dan lebih pasti bahwa seorang muslim mengikutiku. Dan dalam satu riwayat ia berkata: '(Hati menjadi khusyu' dan orang yang beriman (mukmin) mengikuti dengannya).
Dan sesungguhnya orang yang turun karena berlomba dalam kenikmatan tidak akan bisa menaikit tangga taat, karena panutan itu telah mendahului dalam kebaikan dan mujahadah untuk jiwa hingga dakwah kita menjadi hidup dengan kita, karena (tidak ada kehidupan bagi pemikiran yang tidak memakai ruh manusia dan tidak menjadi makhluk hidup, melata di muka bumi dalam bentuk manusia…) Maka jangan sampai seorang da'i melupakan : bahwa manusia memandang kepadanya sebagai contoh mereka yang tertinggi, yang melihat pada tingkah lakunya kebenaran dakwahnya. Maka jika ia tergelincir niscaya mereka tergelincir bersamanya. Dan jika ia kembali kepada kebenaran setelah itu terkadang mereka tidak kembali.
Sesungguhnya sebagian dari sifat orang yang berusaha yang paling nampak agar menjadi imam bagi orang-orang bertaqwa: berhati-hati dari tingkah laku buruk yang bisa membuat masyarakat umum menjadi terfitnah, dan terkadang menyamarkan kepada orang yang berbaik sangka dengan mereka, sekalipun perbuatan itu masih dalam batas ijtihad masalah far'iyah dan rukhshah (keringanan). Karena itulah tatkala Ibnu Abbas  melihat saudaranya Ubaidullah berpuasa di hari Arafah, ia mengingatkannya dengan ucapannya 'Sesungguhnya kamu adalah para pemimpin yang dijadikan panutan.' Dan tatkala Umar  melarang Abdurrahman bin Auf  memakai dua khuf di saat haji –karena mengambil rukhshah (keringanan) dalam hal itu- karena Umar  merasa khawatir bahwa orang-orang (kalangan awam) menjadi melebar dalam hal itu, ia berkata kepadanya: 'Saya menyuruhmu agar melepas keduanya (dua khuf), maka sesungguhnya aku merasa khawatir orang-orang melihatmu, lalu mengikutimu.' Pendirian seperti ini terulang dalam pengingkaran Umar  kepada Thalhah  saat melihatnya memakai pakain yang diberi warna, dan ia diharamkan, ia berkata kepadanya: 'Sesungguhnya k amu –wahai jamaah- adalah para pemimpin yang orang-orang mengikuti denganmu.'
Sesungguhnya Abu Sufyan  saat masih kafir dan ditanya oleh Heraqlius tentang Rasulullah , ia merasa takut berbohong, sedangkan dia adalah pembesar kaum, lalu orang-orang menceritakan kebohongannya, ia berkata: 'Demi Allah, kalau bukan karena merasa malu bahwa mereka mengutip pembicaraan bohongku niscaya aku berbohong tentang dia.' Bukanlah 'Ibadurrahman lebih berhak dengan sifat jantan dan malu itu.
Seorang imam dan panutan baik: tidak mengutamakan dunia di atas saudara-saudaranya, maka sesungguhnya bagi kepemimpinan itu ada pajaknya dan untuk kedudukan itu ada harganya. Dan kedudukan tinggi dalam agama tidak bisa dicapai kecuali dengan mujahadah. Karena itulah ketika Fathimah radhiyallahu 'anha binti Rasulullah  mengadukan pecah-pecah tangannya karena menggiling penggiling gandum dan meminta pembantu maka tidak diberikan. Dan Rasulullah  kelaparan sehingga meletakkan batu di perutnya untuk mengurangi rasa laparnya, tidur di atas tikar hingga berbekas di punggungnya. Demikianlah keadaan orang-orang shalih yang memandang imarah (kepemimpinan) adalah hutang, bukan keuntungan.
Sebagaimana ada imamah dan panutan dalam kebaikan, maka di sana ada para pemimpin yang mengajak ke neraka, maksudnya panutan untuk kesesatan , dan kedua jalan itu diberikan. Apakah engkau menjadi panutan dalam petunjuk ataukah panutan kesesatan?
Sungguh keinginan kuat menjadi panutan yang baik dan berhati-hati dari penyimpangan dari petunjuk Rasulullah  mendorong seseorang seperti Abu Bakar  untuk berkata: 'Sesungguhnya aku merasa khawatir jika aku meninggalkan sesuatu dari perintahnya bahwa aku menjadi sesat.' Dan sesungguhnya orang yang berjalan di jalur mujahadah tidak senang untuk dirinya termasuk orang yang menyalahi, yang disifatkan oleh Rasulullah  bahwa
يَقُوْلُوْنَ مَا لاَيَفْعَلُوْنَ وَيَفْعًلُوْنَ مَا لاَيُؤْمَرُوْنَ
'Mereka mengatakan yang tidak mereka lakukan dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan.' Dan sesungguhnya ia berusaha agar menjadi pengikut Nabi  yang digambarkan bahwa :
يَأْخُذُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُوْنَ بِأَمْرِهِ
'Mereka mengambil dengan sunnahnya dan mengikuti perintahnya.' Sebagaimana yang dikatakan oleh Malik bin Dinar rahimahullah: 'Sesungguhnya seorang alim apabila tidak mengamalkan ilmunya tergelincirlah nasihat dari hati, sebagaimana tergelincirnya air hujan dari batu yang licin.'
Tidak pantas orang yang memiliki akhlak (panutan yang baik) bahwa ia seorang yang penjilat (oportunis) yang berbuat jahat bersama orang-orang yang jahat. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud , ia berkata: 'Tanamkanlah di dalam jiwamu, jika manusia (orang-orang) berbuat baik (kepadamu) bahwa kamu berbuat baik (kepada mereka), dan apabila mereka berbuat jahat (kepadamu) agar kamu menjauhi kejahatan mereka.' Demikian pula tanamkanlah di dalam jiwamu bahwa jangan sampai terfitnah denganmu para penjilat dari rakyat jelata, dan janganlah selainmu menjadikanmu sebagai pemimpin dalam kesesatan. Ibnul Arabi rahimahullah berkata dalam menjelaskan sabda Nabi :
لاَغدرَةَ أَعْظَمُ مِنْ غدرَةِ إِمَامٍ عَامَّةٍ
'…dan tidak ada pengkhianatan yang lebih besar dari pada pengkhianatan pemimpin yang umum.' Sesungguhnya ia menjadikannya lebih besar daripada imam, karena keterkaitannya dari yang terperdaya dengannya lebih besar, maka menjadi keji karena banyaknya.
Pemimpin di dalam kebaikan harus menegakkan kepalanya sebagai harga kepemimpinannya, dan hendaklah menjadi ringan dalam pandangannya segala sesuatu di jalan keteguhannya di saat menghadapi cobaan. Al-Buwaithi –khalifah imam Syafii- sungguh dipenjara dalam fitnah (cobaan) al-Qur`an adalah makhluk, diikat dengan rantai dan belenggu, dan ia tetap tidak mau mengatakan selain yang benar sekalipun bisikan, dan ia berkata: 'Sesungguhnya yang mengikutiku seratus ribu…dan sungguh aku mati di besiku ini, sehingga datang suatu kaum yang mengetahui bahwa sungguh telah mati dalam perkara ini suatu kaum di besi mereka (dalam penjara).
Maka semoga, jika kita berada di atas tingkatan sebagai panutan yang baik dan suri tauladan, semoga Allah  menjadikan kita para pemimpin dan menjadikan kita sebagai orang yang mewaris (dalam kebaikan), meneguhkan untuk kita di muka bumi, dan menjadikan kita sebagai pemimpin orang-orang yang bertaqwa.

Ringkasan:
• 'Ibadurrahman selalu berusaha agar menjadi pemimpin orang-orang yang bertaqwa
• Seorang pemimpin mengikuti yang terdahulu dan menjadi panutan generasi sesudahnya.
• Orang-orang yang tidak bisa menjadi panutan tidak akan diteguhkan untuk mereka di muka bumi.
• Gambaran seorang pemimpin:
- Mengajak dengan perbuatannya sebelum ucapannya.
- Menjauhkan diri dari yang syubhat.
- Diinginkan oleh amir yang jujur
- Zuhud di dunia.
- Berhati-hati dari tingkah laku yang buruk agar orang-orang tidak terfitnah dengannya.
- Selalu jujur.
- Mengambil jiwa dengan semangat tinggi
• Al-Khaluf adalah yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan.
• Seorang panutan menanamkan di dalam jiwanya untuk selalu berbuat baik, sekalipun orang-orang berbuat jahat.
• Seorang panutan siap menghadapi cobaan.
jadilah seperti rosulmu...

Setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon cemara, tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya mengarah ke atas. Sedangkan semua pohonnya yang berbuah menundukkan kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping.

Rasulullah adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang-orang sekarang, dia seperti sebuah pohon yang berbuah. Menurut sebuah riwayat, beliau bersabda: “Aku diperintahkan untuk menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. Tidak ada Nabi yang sedemikian diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh manusia selain aku. Kita tahu bahwa beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak. Beliau di hina, dan di siksa dengan keji. Namun beliau tetap saja berdoa, “Wahai Allah, Tuhan kami, bimbinglah umatku ke jalan yang lurus, sebab mereka tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang pernah menyiksanya: “Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu? Mereka menangis dan berkata: “Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia.Nabi SAW bersabda:“Pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan. Semoga Allah mengampuni kalian(HR. Thabari, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Syafi).

Abu Sufyan bin Harits, sepupu beliau, lari dengan membawa semua anak-anaknya karena pernah menyakiti Rasul SAW, maka Ali bin Abi Thalib ra bertanya kepadanya: “Hai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu?" Ia menjawab: “Aku akan keluar ke padang sahara. Biarlah aku dan anak-anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian." Ali Bertanya: “Mengapa kamu lakukan itu? Ia menjawab: “Jika Muhammad menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi potongan-potongan kecil.Ali berkata: “Kembalilah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya dengan mengakui kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf: ".Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).(Yusuf: 91).

Abu Sufyan pun kembali kepada Nabi SAW dan berdiri di dekat kepalanya, lalu mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata: “Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).(Yusuf: 91).

Rasulullah SAW pun menengadahkan pandangannya, sedang air matanya membasahi pipinya yang indah hingga membasahi jenggotnya.

Rasulullah menjawab dengan menyitir firman-Nya: Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.(Yusuf: 92).

Wahai sahabatku¦

Di dalam diri Rasulullah terdapat tanda-tanda kebesaran Allah. Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah ibarat Al Quran yang berjalan. Setiap kata-kata yang keluar begitu menawan hati, melembutkan perasaan dan mengobarkan semangat juang. Segala tingkah lakunya mencerminkan kebaikan; pemaaf, santun, lemah lembut, banyak diam, banyak berpikir dan merenung, halus dalam bertutur kata, dan tegas dalam memegang prinsip kebenaran. “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Al Qalam: 4).


Ya Allah Ya Tuhanku¦.

Aku tertunduk di atas kursi ini, dengan perasaan penuh tak tentu; memohon, mengharap dengan rasa cemas, rindu yang sebenar-benarnya rindu, cinta yang sebenar-benarnya cinta, petunjuk yang sebenar-benarnya petunjuk. Jadikanlah aku hamba yang lemah lembut dalam bertutur kata, santun dalam berpesan, mengiringi ilmu dengan amal, tidak dengki dengan kebahagiaan manusia, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan kemunafikan.

Wahai Allah Tuhanku¦

Aku dipekaranganMu, ditanahMu, di rumah yang engkau bina dengan nikmatMu. Seperti Rasul-Mu, jadikanlah aku hamba yang rendah hati

Jumat, 02 April 2010

lanjutan...maaf muoh yank..kurang lengkap poniang palo kak..nak lolok lu muoh..he...he..mmmmmmuuuuucccaaahhhh
ELVA SUSANTI AL-KAMPARI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pendidikan agama dalam majelis ta’lim kaum ibu dalam pembinaan keluarga. Untuk itu penulis ingin mendapatkan informasi atau gambaran tentang beberapa kegiatan majelis ta’lim yang dapat di RW 01. Faktor yang pemilihan majelis taklim di RW 01, karena para ibu-ibu yang datang ke pengajian ini datang dari berbagai daerah dan profesi yang plural.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penulis memilih tempat yang menjadi lapangan penelitian adalah majelis ta’lim Nurul Yaqin, majelis ta’lim Raudhatul Jannah dan majelis ta’lim As Shobirin di RW 01 kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 15 Desember 2004 sampai 15 Januari 2005.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam metodologi penelitian, Kelompok besar obyek penelitian disebut dengan populasi subyek atau populasi penelitian, sedangkan bagian dari kelompok yang mewakili kelompok besar itu disebut dengan sample subyek atau sample penelitian.!
Penelitian ini meliputi warga masyarakat muslim yang ikut dalam kegiatan pendidikan agama Islam majelis ta’lim kaum ibu di RW 01 Kelurahan Tegal Parang.
Tiga majelis ta’lim yang penulis ambil sebagai objek penelitian mempunyai jumlah jama’ah yang relatif. Yaitu kurang lebih 150 orang, sedangkan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 120 orang.
D.Instrumen Pengumpulan Data
Sumber data penelitian ini adalah jama’ah kaum ibu yang mengikuti kegiatan pengajian yang diselenggarakan di RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan.
Adapun Instrumen pengukuran penelitian berbentuk :
1. Observasi
Dalam pengumpulan data, penulis turun langsung ke lokasi penelitian sehingga penulis mendapatkan data yang lebih obyektif. yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap masalah yang diteliti di tiga majelis ta’lim
Observasi ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang kongkrit tentang kondisi obyektif tiga majelis ta’lim, yaitu tentang keadaan guru, anggota majelis taklim dan kitab yang diajarkan
2.Wawancara
Wawancara sering juga disebut dengan interview atau questionare lisan adalahsebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan pimpinan Majlis Ta’lim.
3.Angket.
Angket ini merupakan daftar pertanyaan mengenai suatu hal untuk mendapatkan jawaban dari responden. Adapunj respondennya adalah sampel yang terdiri dari jama’ah Majlis Ta’lim yang mengikuti pengajian di Majlis ta’lim, dan yang diteliti sebanyak 120 orang.
E. Metode Penelitian.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian adalah :
1. Metode Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data-data atau informasi yang didapat dari kajian-kajian sumber bacaan yang digunakan sebagai dasar penunjang dalam menganalisa masalah-masalh yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
2. Metode penelitian lapangan, yaitu mengumpulkan data-data dan informasi yang diperoleh secara langsung yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari wilayah atau tempat yang dijadikan obyek penelitian yaitu di RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
F. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya dioleh dan deskripsikan untuk mengungkapkan masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.
Dalam tehnik analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisis, karena data yang diperoleh penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif, maka dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak menganalisis .
Data kualitatif dikemukakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kategori pendidikan dapat diambil kesimpulan . Yang dianalisa adalah data tentang kegiatan Majlis Ta’lim dan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembinaan akhlak, yang bersumber dari hasil observasi, wawancara dan angket.
Data kualitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara menggunakan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan persentase dari hasil angket .


RUMUS PERHITUNGAN
No Prosentase Penafsiran
1 100 %
Seluruhnya
2 90 % - 99 %
Hampir seluruhnya
3 60 % - 89 %
Sebagian besar

4 51 % - 59 %
Lebih dari setengahnya

5 - 50 %
Setenganhnya
6 40 % - 49 %
Hampir setengahnya
7 10 % - 39 %
Sebagian kecil

8 1 % - 9 %
Sedikit sekali

9 0 % Tidak ada sama seklai


Sedangkan rumus perhitungannya adalah :
X = F/N x 100 %
Keterangan :
X = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Keseluruhan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penulis ingin menguraikan hasil wawancara dengan ketua RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan yaitu: Bapak H. Abdul Chair Murtaha tentang data kondisi wilayah RW 04 dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh warga setempat . Penulis juga menguraikan hasil wawancara kepada tiga pimpinan majelis ta’lim serta menyebarkan angket kepd kaum ibu yang mengikuti pengajian di majelis -majelis ta lim di RW 01 .
A. Profil Tiga Majelis Ta’lim
1. Gambaran Umum
Wilayah RW 01 Kelurahan Tegal Parang Mampang Prapatan Jakarta Selatan merupakan salah satu wilayah yang padat penduduknya. Luas daerahnyakurang lebih 15 Ha dengan jumlah penduduk 1.400 jiwa yang terdiri dari 450 kepala keluarga dari 8 Rt.
Batas-batas wilayahnya :
- Sebelah Selatan = Kelurahan Duren Tiga
- Sebelah Utara = Wilayah RW 07 Kelurahan Tegal Parang
- Sebelah Barat = Wilayah RW 01 Kelurahan Tegal Parang
- Sebelah Timur = Kelurahan Pancoran
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di RW 01 sangat banyak, seperti : Senam kesehatan untuk manula, keterampilan memasak, keterampilan menjahit, kegiatan kepemudaan, yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan keagamaan yang merupakan salah satu urat nadi bagi pembinaan agama bagi setiap individu,
khususnya warga wilayah RW 01 yang beragama Islam. Pembinaan keagamaan warga RW 01 banyak dilakukan di majelis-majelis ta’lim hampir disetiap RT di RW 01ada majlis ta'lim. majelis-majelis ta'lim tersebut lebih banyak dikelola oleh kaum ibu, sehingga banyak aktivitas aktivitas majelis ta’lim diramaikan oleh kaum ibu dan memang kaum ibulah banyak memiliki waktu luang. Kegiatan majelis ta’lim di RW 01 sifatnya pengajian biasa yang tidak mengikat. Pemberi materi terdiri dari para Ustadz/Ustadzah setempat sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki.
Alasan kenapa penulis memilih tiga majelis taklim di bawah ini, karena lokasi penelitian dekat dengan rumah penulis.
2. Profil Spesifik dari masing-masing Majelis Ta’lim
a. Majelis ta’l !"Himmatun Nisa
Majelis Ta’lim ini dipimpin oleh seorang uztadzah Hj.Kartini dengan jumlah jama’ah lebih dari lima puluh orang.terletak antara Rt 007 & Rt 008 RW 01. Majelis ta’l !" Himmatun Nisa didirikan pada tanggal 21 April 1985 dengan status tanah wakaf. Kegiatan pengajian kaum ibu ini diadakan setiap hari Sabtu pagi atau satu minggu satu kali dengan materi pelajaran sebagai berikut :
- untuk Materi Fiqih halaqah diajarkan oleh Bapak KH. Khazruni Ishaq M.A, metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab
- untuk materi Tafsir Jalalain diajarkan oleh Bapak KH. Abdul Halim Husin, metode yang digunakan adalah metode ceramah
- untuk materi hadits diajarkan oleh Bapak KH. Khazruni Ishaq M.A dan

Ustadzah Hj. Kartini, metode yang digunakan adalah metode ceramah Majelis ta’lim Himmatun Nisa juga melaksanakan kegiatan- kegiatan keagamaan lainnya seperti santunan anak yatim dan janda, peringatan hari- hari besar Islam ( Maulid Nabi, Isra’ mi'raj, Muharam ) serta pengajian bulanan antar Majelis ta’lim RW 01. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut pimpinan majelis ta'lim dibantu oleh 2 orang pengurus majlis ta'lim yaitu Bapak Mardian dan Bapak H.Misan
b. Majelis Ta’l im daarul hikmah al-Madaniyah
Majelis ta’lim ini dipimpin oleh uztadzah Hj.umamah dengan jumlah jamaahnya lebih dari 50 orang. Majelis ta’lim ini terletak antara RT 009 dan 010 RW 01 Kelurahan Tegal Parang, didirikan pada tahun 1977 dengan status tanah wakaf. Kegiatan pengajian di majelis ta’lim ini membahas tentang tafsir Jalalain dan Hadits yang dipimpin oleh Ustadz Drs . H. Syarifuddin yang diadakan setiap hari Selasa siang, sedangkan pelajaran membaca dan menulis Al-Qur'an dipimpin langsung oleh ketua majelis ta’lim ibu Hj.umamah yang merupakan pengajian rutin setiap sore.
Majelis ta’lim daarul hikmah al-Madaniyah juga melaksanakan kegiatan- kegiatan hari-hari besar Islam sperti: peringatan maulid Nabi Muhammad saw, Isra’dan kegiatan bakti sosial untuk keluarga jama’ah majlis ta'lim diantaranya santunan anak yatim dan bea siswa pendidikan bagi anak yang berprestasi .
c . Majelis Ta’l !"Nurul Huda
Majelis ta’l !" ( ". . % +'("-'.'"&'06("?>A?". - !- ("7l$0"8#&.9'0"Kegiatan pengajian yang dilakukan cukup banyak diantaranya pengajian Al- Qur’'(1"+'/ '("&'@# %"B'l'lain, kajian hadits, kajian fiqih dan pemberantasan buta huruf Al-Qur’'(1" )'(," . - !- (" 7l$0" 8#&'.9'0" Miraj dan Muharram.
B. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Agama di Majelis Ta’lim.
TABEL 1

Usia Kaum Ibu Yang Mengikuti Pengajian
Alternatif jawaban
a. 20 30 tahun

b. 30 - 40 tahun
c. 40 - 60 tahun
Frekwensi
15
25
65
Persentase ( % )
12,5
20,83
54,17

d. Di atas 60
Jumlah
15
120
12,50
100,00
Dengan memperhatikan tabel I, dapat dilihat bahwa kaum ibu yang mengikuti pengajian lebih dari setengahnya berusia 40 60 tahun atau 54,17 %, ini dapat dianalisa walaupun usia responden sudah menjelang tua mereka lebih meningkatkan amal ibadah untuk kehidupannya kelak di akherat, begitupula responden yang berusia 30 40 tahun ( 20,83 % ). Sedangkan responden yang berusia 20 30 tahun ( 12,50 %), ini dapat dianalisa, walaupun usia kaum ibu yang mengikuti pengajian bervariasi, mereka saling memberi motivasi dalam menghadiri pengajian antar usia muda dan usia tua.
TABEL 2
Tingkat Pendidikan
Alernatif jawaban
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
Jumlah
Frekwensi
40
32
32
16
120
Persentase ( % )
33,33
26,67
26,67
13,33
100
Dari data tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan kaum ibu yang mengikuti pengajian di majlis ta’l !1"@%$+D$(# "l$* 0"*$#'%"'.'l'0"& (,+'&"EF" dengan persentase 33,33 %, namun menurut analisa data yang ada hanya sebagian kecil yang berpendidikan rendah, akan tetapi mereka tetap bersemangat dalam mengikuti kegiatan di majlis ta’l !" ( 4"G$, &6"/6,'".$(,'("& (,+'&"-$(. . +'(")'(," lainnya mereka sangat berperan untuk aktif dalam proses pelaksanaan pengajian di majlis ta’l !4
TABEL 3
Lamanya Mengikuti Pengajian
Alternatif Jawaban
a. 1 2 Tahun
b. 2 3 Tahun
c. 3 4 Tahun
d. lebih dari 4 Tahun
Jumlah
Frekwensi
5
20
30
65
120
Persentase ( % )
4,17
16,67
25
54,17
100
Memperhatikan data tabel 3 dapatlah dilihat bahwa persentase terbesar lamanya mengikuti pengajian adalah lebih dari 4 tahun dengan persentase 54,17 %. Hal ini dapat dianalisa bahwa lebih dari setengahnya jama’'0" )'(," !$(, +6& " pengajian sudah cukup lama. Ini terbukti ukhuwah Islamiyah di RW 01 cukup baik, karena dilihat dari table sedikit sekali jama’'0" )'(," l'!'()'" ?-2 tahun dengan persentase 4,17 %
Alternatif Jawaban
a. Tanya jawab
b. Ceramah
c. Diskusi
d. Ceramah & Tanya jawab
Jawaban

TABEL 4
Metode yang sering digunakan
Frekwensi
5
85
0
30
120
persentase ( % )
4,17
70,83
0
25
100
Memperhatikan pada tabel 4 dapat diketahui bahwa pemberian materi, metode yang paling sering digunakan adalah metode ceramah dengan persentase 70,83 %. Hal ini dianalisa bahwa metode tersebut memang cocok untuk kalangan kaum ibu usia di atas 40 tahun dan juga didukung dengan tingkat pendidikannya yang lebih banyak SD. Disamping itu sebagian kecil metode ceramah ceramah dan Tanya jawab ( 25 % ) yang digunakan dalam pengajian ini.
TABEL 5
Materi yang diberikan (Jawaban boleh lebih dari satu )
Alternatif Jawaban
a. Fiqih
b. Tafsir Al-Qur’'(
c. Tasawuf
Frekwensi
65
73
0
Persentase ()
54,17
60,83
0
41
d. Hadits
Jawaban
27
120
22,5
100
Pada tabel 5, dapat diketahui bahwa materi yang sering diberikan adalah tafsir Al-Qur’'("H"I=1JK"L"M".'("l$* 0".'% "H"CN1?A % ), ini dapat dianalisa bahwa sebagian besar materi tafsir Al-Qur’'(".'("@ O 0"'.'l'0"!'&$% ")'(,"!$!'(,". *6&60+'(". " masyarakat saat ini, khususnya kaum ibu yang mengikuti pengajian karena berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan ketertarikan untuk tetap menghadiri pengajian.
TABEL 6
Ketertarikan jama’ah dalam pengajian (Jawaban boleh lebih dari satu )
Alternatif Jawaban
a. Ustdz/Ustadzahnya
b. Materinya
c. Metodenya
d. Jama’'0()'
Jawaban
Frekwensi
45
80
20
30
120
Persentase ()
37,50
66,67
16,67
25
100
Dari salah satu faktor bagi pendidik adalah penguasaan materi oleh si pendidik, hal ini dapat dilihat pada tabel 6 bahwa penyampaian materi dalam pengajian sebagian besar disenangi jama’'0"+'%$('"-'%'"6#&'.9P8#&'.9'0()a cukup menguasai materi yang disampaikan (diajarkan) dengan persentase 66,67 % dari responden yang ada. Ini dapat diperkirakan bahwa materi yang diberikan sangat menarik dan membuat rasa ingin tahu yang lebih banyak sehingga mereka tetap hadir
dalam pengajian didukung pula oleh Ustdz/Ustadzahnya ( 37,50 % )
TABEL 7
Tujuan mengikuti pengajian (Jawaban boleh lebih dari satu )
Alternatif Jawaban
a. Ingin menuntut ilmu
b. Memanfaatkan waktu Luang
c. Mencari teman
d. Mencari pahala
Jawaban
Frekwensi
65
8
15
73
120
Persentase ()
54,17
6,67
12,50
60,83
100
Dilihat dari tabel 7 di atas dapat dianalisa bahwa sebagian besar tujuan jama’'0" !$(, +6& " -$(,'/ '(" '.'l'0" (, (" !$(6(&6&" l!6" HCN1?A" L" M" .'(" (, (" mencari pahala ( 60,83 ). Ini dapat diperkirakan bahwa rresponden menyadari bahwa menuntut ilmu tidak memandang usia dan tidak ada batasnya serta responden ingin menambah bekal untuk kehidupan kelak di akherat
Alternatif Jawaban
a. Keinginan sendiri
b. Keluarga
c. Teman
Jumlah
TABEL 8
Motivasi Mengikuti Pengajian
Frekwensi
115
2
3
120
Persentase ()
95,83
1,67
2,50
100
Dari tabel 8 dapat diketahui dengan jelas bahwa hampir seluruh responden ( 95,83 % ) menyatakan bahwa motivasi mereka mengikuti pengajian adalah atas dasar keinginan sendiri. Ini dapat dianalisa bahwa motivasi dalam diri sendiri memegang peranan penting untuk terlaksananya kegiatan pengajian di Majlis Ta’l !4"E$.'(,+'(" sebagian kecil menyatakan motivasi mereka adlah karena dorongan teman (2,50 % ) dan keluarga ( 1,67 % ).
TABEL 9
Hambatan dari lingkungan
Alternatif Jawaban
a. ada
b. Tidak ada
c. Biasa saja
Jumlah
Frekwensi
0
88
32
120
Persentase ()
0
73,33
26,67
100

Pada tabel 9, dapat diketahui bahwa sebagian besar (73,33 % ) responden menyatakan tidak ada hambatan dari lingkungan. Ini dapat diperkirakan bahwa lingkungan sekitar RW 01 cukup tenang tidak menghambat kegiatan pengajian. Bigitu pula sebagian kecil responden (26,67 %) menyatakan bahwa lingkungan biasa saja, ini menunjukan tidak ada hambatan yang berarti.
TABEL 10
Peningkatan Pengetahuan Tentang Agama Islam Setelah Mengikuti Majelis Ta’lim
Alternatif Jawaban
1 , Banyak bertambah
2 . Sedikit
3 . Tidak bertambah
4 . Biasa saja
Jumlah
frekwensi
95
15
0
10
120
Persentase ()
79,17
12,50
0
8,33
100
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar (79,17%) responden menyatakan pemahaman mereka tentang agama Islam banyak bertambah. Hal ini dapat diperkirakan, karena sebelumnya tingkat pengetahuan mereka masih sedikit, sehingga mereka meraskan pengetahuan mereka tentang agama Islam semakin bertambah setelah mengikuti pengajian, sedangkan sebagian kecil (12,50 %) responden menyatakan sedikit bertambah. Hal ini dapat dianalisa bahwa sebelum
mengikuti pengajian pengetahuan mereka tentang agama Islam sudah cukup baik .
Alternatif Jawaban
a. Papan tulis
b. Speaker
c. Tidak Ada
Jumlah
TABEL 11
Kekurangan Alat Dalam Pendidikan
Frekuensi
40
0
80
120
Persentase (%)
33,33 (%)
0 (%)
66,67 (%)
100 (%)
Memperhatikan pada tabel 11, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pengajian factor alat pendidikan sangat mendukung yaitu segaian besar (66.67 %) responden menyatakan tidak ada kekurangan dalam alat pendidikan yang dilaksanakan di Majlis Ta’l !4" <'l" ( " .'-'&" . '('l # # tidak adanya kekurangan dalam alat pendidikan karena alat pendidikan yang mereka butuhkan masih tergolong sederhana dan mudah didapat. /sedangkan sebagian kecil (33.33 %) yang menyatakan kekurangan dalam alat pendidikan .
TABEL 12
Hambatan Dari Pengajar
Alternatif Jawaban
a. Suara kurang jelas
b. Tidak ada
c. Kurang menguasai materi
Jumlah
Frekwensi
5
115
0
120
Persentase ()
4.17
95.83
0
100
Pada tabel 12 dapat dikeetahui bahwa hampir seluruhnya (95,83 %) responden menyatakan tidak ada hambatan dari pengajar. Dan sedikit sekali (4,17 %) responden yang menyatakan suara kurang jelas. Ini dapat dianalisis bahwa tidak ada hambatan yang berarti dari faktor pengajar, ini merupakan hal yangsangat menunjang bagi keberhasilan pelaksanaan pengajian pada Majlis Ta’l !4
TABEL 13
Materi Yang Paling Disenangi
Alternatif Jawaban
a. Fiqih
b. Tafsir Al-Qur’'(
c. Hadits
Jumlah
Frekwensi
50
54
16
120
Persentase ()
41,67
45,06
13,33
100
Memperhatikan tabel 13 dapat diketahui bahwa materi yang paling disenangi oleh responden adalah materi tafsir Al-Qur’'("HNC1=N"L) dan materi fiqih (41,67 %) hal ini dapat dianalisis bahwa masyarakat saat ini ingin mengetahui lebih jauh kajian- kajian dalam Islam yang sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Alternatif Jawaban
a. Ada
b. Tidak ada
c. Kadang-Kadang
Jumlah
TABEL 14
Penggunaan Metode Tanya Jawab
Frekwensi
35
18
67
120
Persentase ()
29,17
15
55,83
100
Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa metode Tanya jawab dalam pelaksanaan pengajian lebih dari setengahnya (55,83 %) responden menyatakan bahwa kadang- kadang saja tanya jawab dilaksanakan, dan sebqagian kecil dari responden (29,17 %) menyatakan ada tanya jawab dalam pengajian di Majlis Ta’l !"&$%#$*6&4"<'l" ( ".'-'&" dianalisa bahwa pelaksanaan tanya jawab dalam pengajian kaum ibu belum sepenuhnya dilaksanakan oleh Ustdz/Ustadzahnya, karena kondisi jama’'0()'")'(," secara kemampuan menangkap materi relatif berbeda, karena perbedaan latar
belakang pendidikan.
TABEL 15
Alternatif Jawaban
a. Memiliki
b. Sebagian memiliki
c. Tidak memiliki
Jumlah
Pemilikan Kitab Yang Dipelajari
Frekwensi
25
10
120
persentase ()
70,83
20,83
8,33
100
dilihat dari tabel 15 sebagian besar responden memiliki kitab yang diajarkan hal ini terbukti dengan persentase (70,83 %), dengan demikian responden sangat antusias dalam mengikuti pengajian ini meskipun ada sebagian kecil responden yang memiliki kitab sebagian saja dengan persentase ( 20,83 % ). Dari tabel pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan di Majlis taklim di RW 01 dianggap sudah berhasil, dengan baik. Hal tersebut terlihat dengan data bahwa bahwa sebagian besar (79,17%) responden menyatakan pemahaman mereka tentang agama Islam banyak bertambah. Hal ini dapat diperkirakan, karena sebelumnya tingkat pengetahuan mereka masih sedikit, sehingga mereka meraskan pengetahuan mereka tentang agama Islam semakin bertambah setelah mengikuti pengajian, sedangkan sebagian kecil (12,50 %) responden menyatakan sedikit bertambah. Hal ini dapat dianalisa bahwa sebelum mengikuti pengajian pengetahuan mereka tentang agama Islam sudah cukup baik . Juga terlihat dengan data bahwa penyampaian materi dalam pengajian sebagian besar disenangi jama’'0"+'%$('"-'%'"6#&'.9P8#&'.9'0()'"Q6+6-"!$(,6'#' " materi yang disampaikan (diajarkan) dengan persentase 66,67 % dari responden yang ada. Ini dapat diperkirakan bahwa materi yang diberikan sangat menarik dan membuat rasa ingin tahu yang lebih banyak sehingga mereka tetap hadir dalam pengajian didukung pula oleh Ustdz/Ustadzahnya ( 37,50 % ) Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pengajian majelis taklim yang diadakan oleh warga RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan berhasil dan mampu meningkatkan pengetahuan agama warga.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah memberikan urian tentang kegiatan keagamaan Islam yang dilaksanakan di majelis ta’lim RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan, maka penulis akan menyampaikan hal-hal sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Pengaruh Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di majelis ta’lim RW 01 yang dilaksanakan pada majelis taklim sangat besar terhadap pembinaan mental dan alkhlak bagi keluarga mereka dan masyarakat pada umumnya, hal ini terbukti materi yang disajikan dalam pengajian majelis taklim banyak menimbulkan ketertarikan para jama’ah yang dilihat dari persentase 66,67 % jama’ah tertarik pada materi pembelajaran dan metode yang digunakan dalam pengajian
2. Pendidikan agama Islam tersebut dilaksanakan sesuai dengan kondisi masyarakat RW 01 yang butuh akan bimbingan dan pengajaran agama Islam, baik drai pengajar, waktu, lingkungan maupun alat-alat pendidikan.
3. Faktor dominan yang menunjang terlaksananya kegiatan pengajian di majelis ta’lim kaum ibu
a- Adalah kepatuhan dari jama’ahnya
b- Keseriusan para pengajarnya yang bersama-sama ingin menimba ilmu pengetahuan agama.
c- Keteladanan ustadz/ustadzah
d- Materi yang menarik
B. Saran-Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sbagai berikut :
1. Tanggapan dari masyarakat khususnya kaum ibu terhadap pelaksanaan pengajian di RW 01 sangat positif pada masyarakat di Kelurahan Tegal Parang, dengan demikian hendaknya hal ini dapat dipertahankan dan ditingkatktan agar jangan sampai penilaian terhadap kegiatan itu menjadi negatif.
2. Untuk mengatasi permasalah-permasalahn yang terjadi di masyarakat hendaklah para Ustadz/Ustadzah berperan aktif untuk membantu mencari solusinya dengan jalan memberikan pengarahan-pengarahan yang positif serta membuka forum tanya jawab setiap kegiatan pengajian dilaksanakan.
3. Hendaklah para pejabat setempat yang berwenang khususnya di RW 01 Kelurahan Tegal Parang agar membina serta memperhatikan perkembangan kegiatan-kegiatan di majelis ta’lim yang dipimpin kaum ibu
DAFTAR PUSTAKA
______________, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet.ke-1
Ali, H. Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993,
cet.ke-4
Ali, Hamdani, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang, 1987
Aly, Heri, Noer, Drs, M.A, dan Drs. H. Munzier, S, M.A, Watak Pendidikan Islam,
Jakarta: Friska Agung Insani, 2003, cet.ke-2
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, cet.ke-4
Azizy, A. Qodri, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial, Semarang:
Aneka Ilmu, 2003, cet. ke-2
Djamaluddin, Drs, dan Drs. Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, cet.ke-2
Dradjat, Zakiyah, Dr, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet.ke-3
Kalali, M. As’ad, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1987,cet.ke2
Muhaimin, Drs, M.A, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Karya Abditama
Mukhtar, Dr, M.Pd, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV.
Misaka Galiza, 2003, cet.ke-1
Poerwadarminto, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia Bagian I, Jakarta: Balai
Pustaka, 1996, cet.ke-4
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Rosda Karya,
1992, cet.ke-5
Ramayulis, Dr, M.A, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, cet.ke-1
Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta:Ceqda, 2007
Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghozali, Jakarta: Bumi Aksara,1991,
cet.ke-1
Zuahairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet.ke-2


Kamis, 01 April 2010

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pendidikan agama dalam majelis ta’lim kaum ibu dalam pembinaan keluarga. Untuk itu penulis ingin mendapatkan informasi atau gambaran tentang beberapa kegiatan majelis ta’lim yang dapat di RW 01. Faktor yang pemilihan majelis taklim di RW 01, karena para ibu-ibu yang datang ke pengajian ini datang dari berbagai daerah dan profesi yang plural.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penulis memilih tempat yang menjadi lapangan penelitian adalah majelis ta’lim Nurul Yaqin, majelis ta’lim Raudhatul Jannah dan majelis ta’lim As Shobirin di RW 01 kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 15 Desember 2004 sampai 15 Januari 2005.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam metodologi penelitian, Kelompok besar obyek penelitian disebut dengan populasi subyek atau populasi penelitian, sedangkan bagian dari kelompok yang mewakili kelompok besar itu disebut dengan sample subyek atau sample penelitian.!

Penelitian ini meliputi warga masyarakat muslim yang ikut dalam kegiatan

pendidikan agama Islam majelis ta’lim kaum ibu di RW 01 Kelurahan Tegal Parang.

Tiga majelis ta’lim yang penulis ambil sebagai objek penelitian mempunyai

jumlah jama’ah yang relatif. Yaitu kurang lebih 150 orang, sedangkan yang dijadikan

sampel adalah sebanyak 120 orang.
D.Instrumen Pengumpulan Data

Sumber data penelitian ini adalah jama’ah kaum ibu yang mengikuti kegiatan
pengajian yang diselenggarakan di RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan

Mampang Prapatan Jakarta Selatan.

Adapun Instrumen pengukuran penelitian berbentuk :
1. Observasi

Dalam pengumpulan data, penulis turun langsung ke lokasi penelitian sehingga

penulis mendapatkan data yang lebih obyektif. yaitu dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap masalah yang diteliti di tiga majelis ta’lim

Observasi ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang kongkrit tentang

kondisi obyektif tiga majelis ta’lim, yaitu tentang keadaan guru, anggota majelis taklim dan kitab yang diajarkan
2.Wawancara

Wawancara sering juga disebut dengan interview atau questionare lisan adalah

sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi

dari terwawancara. Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung

dengan pimpinan Majlis Ta’lim.

3.Angket.

Angket ini merupakan daftar pertanyaan mengenai suatu hal untuk mendapatkan jawaban dari responden. Adapunj respondennya adalah sampel yang terdiri dari jama’ah Majlis Ta’lim yang mengikuti pengajian di Majlis ta’lim, dan yang diteliti sebanyak 120 orang.

E. Metode Penelitian.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian adalah :

1. Metode Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data-data atau

informasi yang didapat dari kajian-kajian sumber bacaan yang digunakan

sebagai dasar penunjang dalam menganalisa masalah-masalh yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

2. Metode penelitian lapangan, yaitu mengumpulkan data-data dan informasi

yang diperoleh secara langsung yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti dari wilayah atau tempat yang dijadikan obyek penelitian yaitu di

RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.


F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya dioleh dan

deskripsikan untuk mengungkapkan masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.

Dalam tehnik analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisis, karena

data yang diperoleh penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif, maka dengan

sendirinya dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak menganalisis .

Data kualitatif dikemukakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan

kategori pendidikan dapat diambil kesimpulan . Yang dianalisa adalah data tentang

kegiatan Majlis Ta’lim dan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembinaan akhlak,

yang bersumber dari hasil observasi, wawancara dan angket.

Data kualitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud

angka dengan cara menggunakan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan

selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk

memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan

perhitungan persentase dari hasil angket .



N0.

01

02

04

05

06

07

08

09

10
RUMUS PERHITUNGAN

Prosentase

100 %

90 % - 99 %

60 % - 89 %

51 % - 59 %

- 50 %

40 % - 49 %

10 % - 39 %
1
%

0
-
9
%
%
Penafsiran

Seluruhnya

Hampir seluruhnya

Sebagian besar

Lebih dari setengahnya

Setenganhnya

Hampir setengahnya

Sebagian kecil

Sedikit sekali

Tidak ada sama seklai
Sedangkan rumus perhitungannya adalah :
X = F/N x 100 %
Keterangan :
X = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Keseluruhan


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penulis ingin menguraikan hasil wawancara dengan ketua RW 01 Kelurahan

Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan yaitu: Bapak H. Abdul

Chair Murtaha tentang data kondisi wilayah RW 04 dan kegiatan-kegiatan apa saja

yang dilakukan oleh warga setempat . Penulis juga menguraikan hasil wawancara

kepada tiga pimpinan majelis ta’lim serta menyebarkan angket kepd kaum ibu yang mengikuti pengajian di majelis -majelis ta lim di RW 01 .
A. Profil Tiga Majelis Ta’lim
1. Gambaran Umum

Wilayah RW 01 Kelurahan Tegal Parang Mampang Prapatan Jakarta Selatan
merupakan salah satu wilayah yang padat penduduknya. Luas daerahnyakurang lebih 15 Ha dengan jumlah penduduk 1.400 jiwa yang terdiri dari 450 kepala keluarga dari 8 Rt.

Batas-batas wilayahnya :
- Sebelah Selatan = Kelurahan Duren Tiga

- Sebelah Utara = Wilayah RW 07 Kelurahan Tegal Parang

- Sebelah Barat = Wilayah RW 01 Kelurahan Tegal Parang

- Sebelah Timur = Kelurahan Pancoran


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di RW 01 sangat banyak, seperti : Senam

kesehatan untuk manula, keterampilan memasak, keterampilan menjahit, kegiatan

kepemudaan, yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan keagamaan yang

merupakan salah satu urat nadi bagi pembinaan agama bagi setiap individu,

khususnya warga wilayah RW 01 yang beragama Islam.

Pembinaan keagamaan warga RW 01 banyak dilakukan di majelis-majelis

ta’lim hampir disetiap RT di RW 01ada majlis ta'lim. majelis-majelis ta'lim tersebut lebih banyak dikelola oleh kaum ibu, sehingga banyak aktivitas aktivitas majelis

ta’lim diramaikan oleh kaum ibu dan memang kaum ibulah banyak memiliki waktu luang. Kegiatan majelis ta’lim di RW 01 sifatnya pengajian biasa yang tidak mengikat. Pemberi materi terdiri dari para Ustadz/Ustadzah setempat sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki.

Alasan kenapa penulis memilih tiga majelis taklim di bawah ini, karena lokasi

penelitian dekat dengan rumah penulis.
2. Profil Spesifik dari masing-masing Majelis Ta’l !"

a. Majelis ta’l !"Himmatun Nisa

Majelis Ta’lim ini dipimpin oleh seorang uztadzah Hj.Kartini dengan jumlah jama’ah lebih dari lima puluh orang.terletak antara Rt 007 & Rt 008 RW 01. Majelis ta’l !" Himmatun Nisa didirikan

pada tanggal 21 April 1985 dengan status tanah wakaf. Kegiatan pengajian kaum ibu

ini diadakan setiap hari Sabtu pagi atau satu minggu satu kali dengan materi pelajaran sebagai berikut :

- untuk Materi Fiqih halaqah diajarkan oleh Bapak KH. Khazruni Ishaq M.A,

metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab

- untuk materi Tafsir Jalalain diajarkan oleh Bapak KH. Abdul Halim Husin,

metode yang digunakan adalah metode ceramah

- untuk materi hadits diajarkan oleh Bapak KH. Khazruni Ishaq M.A dan

Ustadzah Hj. Kartini, metode yang digunakan adalah metode ceramah Majelis ta’lim Himmatun Nisa juga melaksanakan kegiatan- kegiatan keagamaan lainnya seperti santunan anak yatim dan janda, peringatan hari- hari besar Islam ( Maulid Nabi, Isra’ mi'raj, Muharam ) serta pengajian bulanan antar Majelis ta’lim RW 01. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut pimpinan majelis ta'lim dibantu oleh 2 orang pengurus majlis ta'lim yaitu Bapak Mardian dan Bapak H.Misan

b. Majelis Ta’l im daarul hikmah al-Madaniyah

Majelis ta’lim ini dipimpin oleh uztadzah Hj.umamah dengan jumlah jamaahnya lebih dari 50 orang. Majelis ta’lim ini terletak antara RT 009 dan 010 RW 01 Kelurahan Tegal Parang, didirikan pada tahun 1977 dengan status tanah

wakaf. Kegiatan pengajian di majelis ta’lim ini membahas tentang tafsir Jalalain dan Hadits yang dipimpin oleh Ustadz Drs . H. Syarifuddin yang diadakan setiap hari Selasa siang, sedangkan pelajaran membaca dan menulis Al-Qur'an dipimpin langsung oleh ketua majelis ta’lim ibu Hj.umamah yang merupakan pengajian rutin setiap sore

Majelis ta’lim daarul hikmah al-Madaniyah juga melaksanakan kegiatan- kegiatan hari-hari besar Islam sperti: peringatan maulid Nabi Muhammad saw, Isra’dan kegiatan bakti sosial untuk keluarga jama’ah majlis ta'lim diantaranya santunan anak yatim dan bea siswa pendidikan bagi anak yang berprestasi .

c . Majelis Ta’l !"Nurul Huda

Majelis ta’l !" ( ". . % +'("-'.'"&'06("?>A?". - !- ("7l$0"8#&.9'0"
dan Ustadzah Hj. Aisyah Ahmad dengan jumlah jama’'0"l$* 0".'% "C="7%'(,4"5'/$l #"

ta’l !" ( "&$%l$&'+". &$(,'0-tengah wilayah RW 01 tepatnya di Rt 006 dengan status

tanah wakaf.

Kegiatan pengajian yang dilakukan cukup banyak diantaranya pengajian Al-

Qur’'(1"+'/ '("&'@# %"B'l'lain, kajian hadits, kajian fiqih dan pemberantasan buta huruf

Al-Qur’'(1" )'(," . - !- (" 7l$0" 8#&'.9'0"
mengadakan kegiatan peringatan hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi , Isra’"

Miraj dan Muharram.
B.
Analisis Pelaksanaan Pendidikan Agama di Majelis Ta’lim.

TABEL 1

Usia Kaum Ibu Yang Mengikuti Pengajian
Alternatif jawaban

a. 20 30 tahun

b. 30 - 40 tahun

c. 40 - 60 tahun
Frekwensi

15

25

65
Persentase ( % )

12,5

20,83

54,17


38
d. Di atas 60

Jumlah
15

120
12,50

100,00
Dengan memperhatikan tabel I, dapat dilihat bahwa kaum ibu yang mengikuti

pengajian lebih dari setengahnya berusia 40 60 tahun atau 54,17 %, ini dapat

dianalisa walaupun usia responden sudah menjelang tua mereka lebih meningkatkan

amal ibadah untuk kehidupannya kelak di akherat, begitupula responden yang berusia

30 40 tahun ( 20,83 % ). Sedangkan responden yang berusia 20 30 tahun ( 12,50 %),

ini dapat dianalisa, walaupun usia kaum ibu yang mengikuti pengajian bervariasi,

mereka saling memberi motivasi dalam menghadiri pengajian antar usia muda dan

usia tua.

TABEL 2

Tingkat Pendidikan
Alernatif jawaban

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Perguruan Tinggi

Jumlah
Frekwensi

40

32

32

16

120
Persentase ( % )

33,33

26,67

26,67

13,33

100
Dari data tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan kaum ibu

yang mengikuti pengajian di majlis ta’l !1"@%$+D$(# "l$* 0"*$#'%"'.'l'0"& (,+'&"EF"


39
dengan persentase 33,33 %, namun menurut analisa data yang ada hanya sebagian

kecil yang berpendidikan rendah, akan tetapi mereka tetap bersemangat dalam

mengikuti kegiatan di majlis ta’l !" ( 4"G$, &6"/6,'".$(,'("& (,+'&"-$(. . +'(")'(,"

lainnya mereka sangat berperan untuk aktif dalam proses pelaksanaan pengajian di

majlis ta’l !4

TABEL 3

Lamanya Mengikuti Pengajian
Alternatif Jawaban

a. 1 2 Tahun

b. 2 3 Tahun

c. 3 4 Tahun

d. lebih dari 4 Tahun

Jumlah
Frekwensi

5

20

30

65

120
Persentase ( % )

4,17

16,67

25

54,17

100
Memperhatikan data tabel 3 dapatlah dilihat bahwa persentase terbesar

lamanya mengikuti pengajian adalah lebih dari 4 tahun dengan persentase 54,17 %.

Hal ini dapat dianalisa bahwa lebih dari setengahnya jama’'0" )'(," !$(, +6& "

pengajian sudah cukup lama. Ini terbukti ukhuwah Islamiyah di RW 01 cukup baik,

karena dilihat dari table sedikit sekali jama’'0" )'(," l'!'()'" ?-2 tahun dengan

persentase 4,17 %


40
Alternatif Jawaban

a. Tanya jawab

b. Ceramah

c. Diskusi

d. Ceramah & Tanya jawab

Jawaban
TABEL 4

Metode yang sering digunakan

Frekwensi

5

85

0
30

120
Persentase ( % )

4,17

70,83

0

25

100
Memperhatikan pada tabel 4 dapat diketahui bahwa pemberian materi, metode

yang paling sering digunakan adalah metode ceramah dengan persentase 70,83 %.

Hal ini dianalisa bahwa metode tersebut memang cocok untuk kalangan kaum ibu

usia di atas 40 tahun dan juga didukung dengan tingkat pendidikannya yang lebih

banyak SD. Disamping itu sebagian kecil metode ceramah ceramah dan Tanya jawab

( 25 % ) yang digunakan dalam pengajian ini.

TABEL 5

Materi yang diberikan (Jawaban boleh lebih dari satu )
Alternatif Jawaban

a. Fiqih

b. Tafsir Al-Qur’'(

c. Tasawuf
Frekwensi

65

73

0
Persentase ()

54,17

60,83

0


41
d. Hadits
Jawaban
27

120
22,5

100
Pada tabel 5, dapat diketahui bahwa materi yang sering diberikan adalah tafsir

Al-Qur’'("H"I=1JK"L"M".'("l$* 0".'% "H"CN1?A % ), ini dapat dianalisa bahwa sebagian

besar materi tafsir Al-Qur’'(".'("@ O 0"'.'l'0"!'&$% ")'(,"!$!'(,". *6&60+'(". "

masyarakat saat ini, khususnya kaum ibu yang mengikuti pengajian karena berkaitan

langsung dengan kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan ketertarikan untuk

tetap menghadiri pengajian.

TABEL 6

Ketertarikan jama’ah dalam pengajian (Jawaban boleh lebih dari satu )
Alternatif Jawaban

a. Ustdz/Ustadzahnya

b. Materinya

c. Metodenya

d. Jama’'0()'

Jawaban
Frekwensi

45

80

20

30

120
Persentase ()

37,50

66,67

16,67

25

100
Dari salah satu faktor bagi pendidik adalah
penguasaan materi oleh si
pendidik, hal ini dapat dilihat pada tabel 6 bahwa penyampaian materi dalam

pengajian sebagian besar disenangi jama’'0"+'%$('"-'%'"6#&'.9P8#&'.9'0()a cukup


42
menguasai materi yang disampaikan (diajarkan) dengan persentase 66,67 % dari

responden yang ada. Ini dapat diperkirakan bahwa materi yang diberikan sangat

menarik dan membuat rasa ingin tahu yang lebih banyak sehingga mereka tetap hadir

dalam pengajian didukung pula oleh Ustdz/Ustadzahnya ( 37,50 % )

TABEL 7

Tujuan mengikuti pengajian (Jawaban boleh lebih dari satu )
Alternatif Jawaban

a. Ingin menuntut ilmu

b. Memanfaatkan waktu Luang

c. Mencari teman

d. Mencari pahala

Jawaban
Frekwensi

65

8

15

73

120
Persentase ()

54,17

6,67

12,50

60,83

100
Dilihat dari tabel 7 di atas dapat dianalisa bahwa sebagian besar tujuan

jama’'0" !$(, +6& " -$(,'/ '(" '.'l'0" (, (" !$(6(&6&" l!6" HCN1?A" L" M" .'(" (, ("

mencari pahala ( 60,83 ). Ini dapat diperkirakan bahwa rresponden menyadari bahwa

menuntut ilmu tidak memandang usia dan tidak ada batasnya serta responden ingin

menambah bekal untuk kehidupan kelak di akherat


43
Alternatif Jawaban

a. Keinginan sendiri

b. Keluarga

c. Teman

Jumlah
TABEL 8

Motivasi Mengikuti Pengajian

Frekwensi

115

2

3

120
Persentase ()

95,83

1,67

2,50

100
Dari tabel 8 dapat diketahui dengan jelas bahwa hampir seluruh responden (

95,83 % ) menyatakan bahwa motivasi mereka mengikuti pengajian adalah atas dasar

keinginan sendiri. Ini dapat dianalisa bahwa motivasi dalam diri sendiri memegang

peranan penting untuk terlaksananya kegiatan pengajian di Majlis Ta’l !4"E$.'(,+'("

sebagian kecil menyatakan motivasi mereka adlah karena dorongan teman (2,50 % )

dan keluarga ( 1,67 % ).

TABEL 9

Hambatan dari lingkungan
Alternatif Jawaban

a. ada

b. Tidak ada

c. Biasa saja

Jumlah
Frekwensi

0

88

32

120
Persentase ()

0

73,33

26,67

100


44
Pada tabel 9, dapat diketahui bahwa sebagian besar (73,33 % ) responden

menyatakan tidak ada hambatan dari lingkungan. Ini dapat diperkirakan bahwa

lingkungan sekitar RW 01 cukup tenang tidak menghambat kegiatan pengajian.

Bigitu pula sebagian kecil responden (26,67 %) menyatakan bahwa lingkungan biasa

saja, ini menunjukan tidak ada hambatan yang berarti.

TABEL 10

Peningkatan Pengetahuan Tentang Agama Islam

Setelah Mengikuti Majelis Ta’lim
Alternatif Jawaban

1 , Banyak bertambah

2 . Sedikit

3 . Tidak bertambah

4 . Biasa saja

Jumlah
Frekwensi

95

15

0

10

120
Persentase ()

79,17

12,50

0

8,33

100
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar (79,17%) responden

menyatakan pemahaman mereka tentang agama Islam banyak bertambah. Hal ini

dapat diperkirakan, karena sebelumnya tingkat pengetahuan mereka masih sedikit,

sehingga mereka meraskan pengetahuan mereka tentang agama Islam semakin

bertambah setelah mengikuti pengajian, sedangkan sebagian kecil (12,50 %)


45
responden menyatakan sedikit bertambah. Hal ini dapat dianalisa bahwa sebelum

mengikuti pengajian pengetahuan mereka tentang agama Islam sudah cukup baik .
Alternatif Jawaban

a. Papan tulis

b. Speaker

c. Tidak Ada

Jumlah
TABEL 11

Kekurangan Alat Dalam Pendidikan

Frekuensi

40

0

80

120
Persentase (%)

33,33 (%)

0 (%)

66,67 (%)

100 (%)
Memperhatikan pada tabel 11, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan

pengajian factor alat pendidikan sangat mendukung yaitu segaian besar (66.67 %)

responden menyatakan tidak ada kekurangan dalam alat pendidikan yang

dilaksanakan di Majlis Ta’l !4" <'l" ( " .'-'&" . '('l # # tidak adanya kekurangan

dalam alat pendidikan karena alat pendidikan yang mereka butuhkan masih tergolong

sederhana dan mudah didapat. /sedangkan sebagian kecil (33.33 %) yang menyatakan

kekurangan dalam alat pendidikan .

TABEL 12

Hambatan Dari Pengajar


46
Alternatif Jawaban

a. Suara kurang jelas

b. Tidak ada

c. Kurang menguasai materi

Jumlah
Frekwensi

5

115

0

120
Persentase ()

4.17

95.83

0

100
Pada tabel 12 dapat dikeetahui bahwa hampir seluruhnya (95,83 %) responden

menyatakan tidak ada hambatan dari pengajar. Dan sedikit sekali (4,17 %) responden

yang menyatakan suara kurang jelas. Ini dapat dianalisis bahwa tidak ada hambatan

yang berarti dari faktor pengajar, ini merupakan hal yangsangat menunjang bagi

keberhasilan pelaksanaan pengajian pada Majlis Ta’l !4

TABEL 13

Materi Yang Paling Disenangi
Alternatif Jawaban

a. Fiqih

b. Tafsir Al-Qur’'(

c. Hadits

Jumlah
Frekwensi

50

54

16

120
Persentase ()

41,67

45,06

13,33

100
Memperhatikan tabel 13 dapat diketahui bahwa materi yang paling disenangi

oleh responden adalah materi tafsir Al-Qur’'("HNC1=N"L) dan materi fiqih (41,67 %)


47
hal ini dapat dianalisis bahwa masyarakat saat ini ingin mengetahui lebih jauh kajian-

kajian dalam Islam yang sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Alternatif Jawaban

a. Ada

b. Tidak ada

c. Kadang-Kadang

Jumlah
TABEL 14

Penggunaan Metode Tanya Jawab

Frekwensi

35

18

67

120
Persentase ()

29,17

15

55,83

100
Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa metode Tanya jawab dalam pelaksanaan

pengajian lebih dari setengahnya (55,83 %) responden menyatakan bahwa kadang-

kadang saja tanya jawab dilaksanakan, dan sebqagian kecil dari responden (29,17 %)

menyatakan ada tanya jawab dalam pengajian di Majlis Ta’l !"&$%#$*6&4"<'l" ( ".'-'&"

dianalisa bahwa pelaksanaan tanya jawab dalam pengajian kaum ibu belum

sepenuhnya dilaksanakan oleh Ustdz/Ustadzahnya, karena kondisi jama’'0()'")'(,"

secara kemampuan menangkap materi relatif berbeda, karena perbedaan latar

belakang pendidikan.

TABEL 15


48
Alternatif Jawaban

a. Memiliki

b. Sebagian memiliki

c. Tidak memiliki

Jumlah
Pemilikan Kitab Yang Dipelajari

Frekwensi

85

25

10

120
Persentase ()

70,83

20,83

8,33

100
Dilihat dari tabel 15 sebagian besar responden memiliki kitab yang diajarkan

hal ini terbukti dengan persentase (70,83 %), dengan demikian responden sangat

antusias dalam mengikuti pengajian ini meskipun ada sebagian kecil responden yang

memiliki kitab sebagian saja dengan persentase ( 20,83 % ).

Dari tabel pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pendidikan di Majlis taklim di RW 01 dianggap sudah berhasil, dengan baik. Hal

tersebut terlihat dengan data bahwa bahwa sebagian besar (79,17%) responden

menyatakan pemahaman mereka tentang agama Islam banyak bertambah. Hal ini

dapat diperkirakan, karena sebelumnya tingkat pengetahuan mereka masih sedikit,

sehingga mereka meraskan pengetahuan mereka tentang agama Islam semakin

bertambah setelah mengikuti pengajian, sedangkan sebagian kecil (12,50 %)

responden menyatakan sedikit bertambah. Hal ini dapat dianalisa bahwa sebelum

mengikuti pengajian pengetahuan mereka tentang agama Islam sudah cukup baik .


49
Juga terlihat dengan data bahwa penyampaian materi dalam pengajian

sebagian besar disenangi jama’'0"+'%$('"-'%'"6#&'.9P8#&'.9'0()'"Q6+6-"!$(,6'#' "

materi yang disampaikan (diajarkan) dengan persentase 66,67 % dari responden yang

ada. Ini dapat diperkirakan bahwa materi yang diberikan sangat menarik dan

membuat rasa ingin tahu yang lebih banyak sehingga mereka tetap hadir dalam

pengajian didukung pula oleh Ustdz/Ustadzahnya ( 37,50 % )

Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pengajian majelis taklim yang diadakan

oleh warga RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta

Selatan berhasil dan mampu meningkatkan pengetahuan agama warga.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah memberikan urian tentang kegiatan keagamaan Islam yang

dilaksanakan di majelis ta’lim RW 01 Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang

Prapatan Jakarta Selatan, maka penulis akan menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengaruh Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di majelis ta’lim RW 01

yang dilaksanakan pada majelis taklim sangat besar terhadap pembinaan

mental dan alkhlak bagi keluarga mereka dan masyarakat pada umumnya, hal

ini terbukti materi yang disajikan dalam pengajian majelis taklim banyak

menimbulkan ketertarikan para jama’ah yang dilihat dari persentase 66,67 %

jama’ah tertarik pada materi pembelajaran dan metode yang digunakan dalam

pengajian

2. Pendidikan agama Islam tersebut dilaksanakan sesuai dengan kondisi

masyarakat RW 01 yang butuh akan bimbingan dan pengajaran agama Islam,

baik drai pengajar, waktu, lingkungan maupun alat-alat pendidikan.

3. Faktor dominan yang menunjang terlaksananya kegiatan pengajian di majelis

ta’lim kaum ibu

a- Adalah kepatuhan dari jama’ahnya
49


50
b- Keseriusan para pengajarnya yang bersama-sama ingin menimba ilmu

pengetahuan agama.

c- Keteladanan ustadz/ustadzah

d- Materi yang menarik
B. Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sbagai berikut :

1. Tanggapan dari masyarakat khususnya kaum ibu terhadap pelaksanaan

pengajian di RW 01 sangat positif pada masyarakat di Kelurahan Tegal

Parang, dengan demikian hendaknya hal ini dapat dipertahankan dan

ditingkatktan agar jangan sampai penilaian terhadap kegiatan itu menjadi

negatif.

2. Untuk mengatasi permasalah-permasalahn yang terjadi di masyarakat

hendaklah para Ustadz/Ustadzah berperan aktif untuk membantu mencari

solusinya dengan jalan memberikan pengarahan-pengarahan yang positif serta

membuka forum tanya jawab setiap kegiatan pengajian dilaksanakan.

3. Hendaklah para pejabat setempat yang berwenang khususnya di RW 01

Kelurahan Tegal Parang agar membina serta memperhatikan perkembangan

kegiatan-kegiatan di majelis ta’lim yang dipimpin kaum ibu


DAFTAR PUSTAKA
______________, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, cet.ke-1
Ali, H. Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993,
cet.ke-4
Ali, Hamdani, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang, 1987
Aly, Heri, Noer, Drs, M.A, dan Drs. H. Munzier, S, M.A, Watak Pendidikan Islam,
Jakarta: Friska Agung Insani, 2003, cet.ke-2
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, cet.ke-4
Azizy, A. Qodri, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial, Semarang:
Aneka Ilmu, 2003, cet. ke-2
Djamaluddin, Drs, dan Drs. Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, cet.ke-2
Dradjat, Zakiyah, Dr, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet.ke-3
Kalali, M. As’ad, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1987,cet.ke2
Muhaimin, Drs, M.A, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Karya Abditama
Mukhtar, Dr, M.Pd, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV.
Misaka Galiza, 2003, cet.ke-1
Poerwadarminto, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia Bagian I, Jakarta: Balai
Pustaka, 1996, cet.ke-4
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Rosda Karya,
1992, cet.ke-5
Ramayulis, Dr, M.A, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, cet.ke-1
Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta:Ceqda, 2007
Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghozali, Jakarta: Bumi Aksara,1991,
cet.ke-1
Zuahairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet.ke-2
51