Kamis, 01 April 2010

untuk bunda yang ambo sayank...(mmmmmuuuuccccaaahhh)he..he..
ELVA SUSANTI ALKAMPARI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring kemajuan ilmu dan teknologi kehidupan manusia selalu mengalami perubahan, baik dari segi ekonomi, moralitas, serta gaya hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntutan dan keinginan baik dari lingkungan keluarga maupun dari pihak luar. Semakin besar tuntutan atau keinginan tersebut, semakin besar pula perubahan watak yang dimiliki seseorang, sehingga membawa seseorang kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti perkembangan teknologi semakin cepat, peningkatan dibidang ekonomi, peningkatan dibidang pendidikan dan sebagainya. Di samping itu pula ada yang berdampak negatif sperti perubahan watak seseorang yang penuh dengan kekerasan, kekejaman dan kebengisan.

Kesemuanya ini telah membawa kepada pergeseran tata nilai yang bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri yang bersifat ramah tamah, gotong royong dan sebagainya. Pergeseran tata nilai dalam kehidupan manusia ini sebagai salah satu akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang secara konkrit perubahan dan pergeseran itu membawa pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia sampai tidak menghiraukan halal dan haram, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia.

Untuk mengatasi hal serupa di atas perlu adanya pembinaan pengetahuan di bidang agama yang dapat meredam sikap emosional yang berdampak pada dekadensi moral. Untuk mengatasi gejala tersebut, maka pendidikan agama dan kegiatan- kegiatan yang bernuansa keagamaan secara umum adalah hal yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan membentuk kepribadian yang baik dan mulia, terutama pendidikan dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bernuansa Islam.


A. Qodry Azizi mengatakan:

Berbicara mengenai pendidikan khususnya pendidikan agama, saat ini dengan memasuki abad 21 atau milenium ketiga dan era globalisasi atau pasar bebas, terjadi dua hal yang paradoks atau bertentangan. Satu sisi keadaan masyarakat kita sedang bobrok, yang tidak lepas dari kegagalan pendidikan bangsa (bukan hanya pendidikan di sekolah). Sisi lain, tantangan hari esok sangat berat, yang mengharuskan kondisi kebangsaan kita harus fit, sekaligus juga mempunyai kemampuan lebih atau tambahan untuk mampu bersaing dalam era tersebut1 .
Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk membentuk manusia yang memiliki peradaban dan budaya tinggi, M. Ngalim Purwanto mengatakan : “Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat suatu masyarakat dan negara sebagian besar tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan2 .
Pendidikan Islam seperti kegiatan pengajian majelis ta lim dapat dijadikan sebagai wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis sekaligus berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktifitas kehidupan manusia, maka selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan potensi dari segi intelektual maupun mental spiritual sekaligus memiliki kepribadian yang Islami dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin global dan maju.

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui kegiatan pengajaran baik pendidikan formal atau non formal yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Majelis ta lim merupakan pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Penulis mengadakan penelitian kepada tiga majelis ta lim yang dilaksanakan di RW 01 Kelurahan Tegal Parang Jakarta Selatan yang penulis masukkan dalam skripsi yang berjudul : “Pendidikan Agama Islam dalam Majlis Ta lim Kaum Ibu di RW 01 Kelurahan Tegal Parang Jakarta Selatan!.
Alasan penulis memilih judul tersebut adalah karena keadaan masyarakat di RW 01 yang padat penghuni, baik dari penduduk asli maupun pendatang dari berbagai daerah, sehingga terbentuklah masyarakat dengan karakter yang plural. Sehingga meimbulkan berbagai problematika yang kompleks Dengan demikian penulis ingin mengetahui dampak positif dari pendidikan agama yang dilaksanakan di tiga majelis ta lim tersebut.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah

Untuk permasalahan di atas penulis membatasi konsep-konsep yang dalam judul skripsi agar dapat menghasilkan pembahasan yang sistematis, terarah, dan jelas. Penulis membatasi persoalan yang akan dibahas

sebagai berikut :

a. Pendidikan agama yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam majelis ta lim seperti : fiqih, al-Qur an dan penanaman aqidah yang diadakan setiap satu minggu sekali sehingga dapat diketahui dampak positif dari kegiatan tersebut

b. Majelis ta lim yang menjadi pembahasan skripsi ini adalah tiga majelis ta lim yang ada di RW 01 khusus kaum ibu, diantaranya Majlis Ta lim Himmatun Nisa di Jl Mampang Prapatan XI Gg U RT 010/01 No 14, Majlis Ta lim Darul Hikmah al-Madaniyah di Jl Mampang Prapatan XII RT 08/01 No 8 B, dan Majlis Ta lim Nurul Huda di Jl Mampang Prapatan XIII RT 006/01 No 5 C

c. Kaum ibu yang dimaksud di sini adalah khusus kaum ibu yang mengikuti pengajian di majelis ta lim, agar orang tua khususnya kaum ibu menyadari betapa pentingnya pendidikan, terutama pendidikan agama yang ditekankan pada pendidikan akhlak (moral) untuk membina anak-anaknya dalam keluarga menuju jalan yang diridhoi Allah.

2. Perumusan Masalah

Bebarapa faktor yang mempengaruhi efektifitas pendidikan Islam di RW 01 adalah sebagai berikut:

a. Faktor ibu-ibu pengajian yang senantiasa sibuk dengan urusan rumah tangganya
b. Faktor tema pengajian yang membuat ibu-ibu tertarik untuk mengikutinya
c. Faktor waktu dan tempat yang variatif

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dibuat adalah : “Bagaimanakah efektifitas pelaksanan Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan majelis ta lim kaum ibu yang dilaksanakan di RW 01 Kelurahan Tegal Parang Jakarta Selatan ?!

3. Metode Pembahasan
Pembahasan masalah ini didasarkan pada informasi dan data melalui penelitian deskriptif analisis yaitu: dengan persentase gambaran tentang beberapa majelis ta lim yang ada di RW 01 yang jama ahnya terdiri dari kaum ibu, serta penulis mengadakan observasi langsung di lapangan, dimana penulis akan mengumpulkan data dan informasi dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas kegiatan tersebut.

D. Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan skripsi ini, penulis bagi menjadi 5 (lima) bab, yang akan diuraikan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Meliputi : latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode pembahasan dan sistematika penyusunan.
BAB II Merupakan uraian tentang kajian pustaka dan kerangka berfikir, yang penulis bagi menjadi empat sub bab, antara lain : Pendidikan Agama, Majelis Ta lim sebagai lembaga pendidikan agama non formal, aspek- aspek pendidikan dalam majelis ta lim dan kerangka fikir.

BAB III.Metodologi penelitian, yang terdiri atas : tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrument pengumpulan data, metode penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil penelitian meliputi profil tiga majelis ta lim dan analisa data.

BAB V Kesimpulan dan saran























BAB II

KAJIAN PUSTAKA / LANDASAN TEORITIS

DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Pendidikan agama islam
1.pengertian pendidikan agama islam

Pada hakekatnya yang disebut pendidikan adalah proses pembimbingan, pembelajaran dan atau pelatihan terhadap anak, generasi muda, manusia agar nantinya bisa berkehidupan dan melaksanakan peranan serta tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran, atau pelatihan agar mausia menjadi muslim atau orang Islam1 .

Dalam merumuskan pengertian pendidikan Islam, para ahli berbeda pendapat. Muhammad Athiyah al Abrasyi memberikan pengertian, “Pendidikan Islam (al Tarbiyah al Islamiyah) mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna akhlaknya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis bahasanya baik lisan atau tulisan2.

Marimba juga memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah “Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Menurut Musthafa al Ghulayaini, pendidikan Islam adalah “ enanamkan

akhlak mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya

dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan

(meresap dalam) jiwanya, kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja untuk memanfaatkan tanah air.

Sebagaimana firman Allah :
Al qisos ayat 77



الدُّنْيَا الآخِرَةَ وَل لدَّارَ اللَّهُ آتَاكَ فِيمَا وَابْتَغِ

Jadi, “Pendidikan Islam bukan pendidikan duniawi saja, individual saja, atau sosial saja, juga tidak mengutamakan aspek spiritual atau aspek material. Keseimbangan antara semua itu merupakan karakteristik terpenting pendidikan Oleh karena itu di dalam kehidupan bermasyarakat, agama adalah hal yang sangat penting, dengan beragama hak-hak sebagai manusia terlindungi dari hal-hal yang mengganggunya serta memberikan keamanan dan kedamaian dalam menjalankan roda kehidupannya.

Keberadaan agama di sini tentunya memiliki fungsi dalam masyarakat. Dalam fungsinya tersebut, agama memiliki dan memuat nilai-nilai serta norma tertentu pada saat yang bersamaan mengatur pula hidup manusia, baik secara vertikal maupun horizontal.
Pendidikan Islam memiliki urgensi bagi terciptanya rumah tangga, masyarakat dan generasi yang muslim. Perhatian Islam terhadap manusia baik laki-laki maupun perempuan sama yaitu memerintahkan kepada mereka untuk beribadah taat kepada Nya, serta menjauhi larangan-Nya.

2. Tujuan Pendidikan Agama
Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala aktivitas yang dilakukan. Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah “ engembangkan manusia yang baik yang beribadah dan tunduk kepada Allah serta mensucikan diri dari dosa. !

Menurut Zakiyah Darajat ada beberapa tujuan pendidikan, yaitu :
1. Tujuan umum yaitu tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran, atau dengan cara lain
2. Tujuan akhir yaitu insan kamil yang akan menghadap Tuhannya, merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam
3. Tujuan sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal
4. Tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu .

Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan al Qur""#$! %&-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama adalah beribadah dan taqorrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.

Sebagaimana firman Allah :



Tujuan penciptaan manusia menurut ayat tersebut hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Inilah tujuan utama manusia, yakni beribadah karena ibadah itu meliputi berbagai sikap dan perbuatan. Dalam hal ini menuntut ilmu pun suatu hal yang termasuk ibadah kepada Allah. Tanpa ilmu, manusia tidak akan mengetahui Tuhan, hakikat, dan keberadaan Nya.
Menurut Mustofa Amin sebagaimana yang dikutip Ramayulis bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat. Abdullah Fayad menyatakan bahwa “pendidikan Islam mengarah pada 2 (dua) tujuan :

1. Persiapan untuk hidup akhirat
2. Membentuk perorangan dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk
menunjang kesuksesannya hidup di dunia.
Ringkasnya tujuan pendidikan Islam ini adalah untuk menyiapkan manusia- manusia yang berilmu, baik ilmu pengetahuan agama maupun ilmu umum. Dengan ilmu tersebut mereka bisa menjadi insan paripurna, yang taqarrub kepada Allah, dan bisa mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

3. Komponen-komponen Pendidikan Agama
a. Tujuan
berarti atau bermakna. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa tujuan pendidikan agama pada intinya adalah mencari kebahagiaan dunia dan akhirat secara seimbang. Begitu pula halnya dengan tujuan pendidikan non formal seperti majelis ta"&'(! adalah untuk memasyarakatkan ajaran Islam yang pada dasarnya intinya juga sama, yaitu mencari kebahagiaan dunia akhirat.

Pendidikan non formal seperti majelis ta"&'(!()*+,"-"#!."*"#"!/""0"1! atau tabligh yang bercorak Islami serta mempunyai peran sentral pada pembinaan dan peningkatan kwalitas hidup umat Islam sesuai tuntutan dan tuntunan ajaran Islam. Dengan adanya majelis ta"&'(!'#'2!(".3"*"-"4!/","4!&)5'1! menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya dengan lebih
b. Materi
Pada lembaga pendidikan formal (sekolah), materi sudah ditentukan oleh pemerintah melalui kurikulum pendidikan / GBPP. Lain halnya pada lembaga pendidikan non formal seperti majelis ta"&'(2!("4)*'!/'4)#4+-"#!6&)1!,'(,'#"#! majelis ta"&'(!'4+!.)#/'*'2!/'.).+"'-"#!/)#7"#!-6#/'.'!(".3"*"-"4!.)4)(,"4$!8 iantaranya pemberantasan buta huruf al-Qur""#2!,)#"#"("#!"9'/"12!:'9ih serta hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat.
c. Metode
Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “;"*"! 3"#7! ,"&'#7! 4),"4! /"#! ;),"4! /"&"(! ()&"-+-"#! .).+"4+ $! )46/)! pengajaran ajaran Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama Islam, sehingga dapat dipahami murid secara sempurna.

Mengenai metode mengajar di lembaga pendidikan Islam seperti majelista"&'(2! &"<'(#3"! /'7+#"-"#! ()46/)-metode ceramah, dan tanya jawab dan peragaan yang biasanya disampaikan oleh Ustadz/Ustadzah dan para Kiyai.

Metode ceramah tanya jawab dan peragaan sangat tepat dipakai di majelis ta"&'(2! -"*)#"! +#4+-! ()(5)*'-"#! ,)#7)*4'"#! "7"("! ('.""! 4)#4"#7! bagaimana cara wudhu yang baik. Seorang guru atau kiyai harus memberikan uraian panjang lebar mengenai rukun wudhu, syarat wudhu atau sunat wudhu, sekaligus seorang guru atau ustadz harus mendemonstrasikan atau memperagakan cara wudhu yang baik di depan para jama""1#3"!.)1'#77"!,"*"! jama""1!/","4!()("1"('!5)4+&!","!3"#7!/'"="*-"#!7+*+!4)*.)5+4$

d. Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata “,9"-: &uate "yang berarti “()#'&"' $!>)#'&"'"#! dalam pendidikan berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan 10 nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai dengan nilai-nilai yang Islami sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan dapat tercapai.

B. Majelis Ta’lim sebagai lembaga pendidikan agama non formal
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, oleh sebab itu pada saat ini ada istilah pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Sebagaimana hadits Nabi SAW yang berbunyi :
˶Ϊ˸͉Ϡϟ΍*˴ϰϟ˶·*˶Ϊ˸Ϭ˴Ϥ˸ϟ΍*˴Ϧ˶ϣ*˴Ϣ˸Ϡ˶ό˸ϟ΍*΍Ϯ˵˵Ϡ˸˵

Artinya : “;.!,.,&ah ilmu dari buaian hingga liang lahat .

Konsep pendidikan seumur hidup (Life Long Education) mulai dari masyarakat melalui kebijaksanaan Negara (Tap MPR No. IV/MPR/1973 JO. Tap MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN) yang menetapkan antara lain dalam bab IV bagian pendidikan bahwa “>)#/'/'-"#!5)*&"#7.+#7!.)+(+*!1'/+,!/"#!/'&"-."#"-"#!/'!/"&"(! lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah $

Oleh karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama, maka lembaga pendidikan yang bermunculan di masyarakat merupakan suatu hal yang sangat mutlak keberadaannya. Lembaga pendidikan Islam yang bermunculan di masyarakat seperti majelis ta"&'(!"/"&"1!&)(5"7"!,)#/'/'-"#!?.&"(!3"#7!/apat mengantisipasi dalam menangkal berbagai hal yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh IPTEK yang semakin maju.
Menurut bahasa Majelis Ta"&'(!5)*"."& dari kata bahasa Arab yaitu dari kata majlis yang artinya tempat duduk. yang artinya tempat duduk, dan ta!&%1"yang artinya pengajaran. Jadi majelis ta"&'(! "/"&"1! 4)(,"4! +#4+-! ()#7"/"-"#! ,)#7"="*"#! /"#! pengajian agama Islam. Pengertian majelis lainnya adalah tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk melakukan semua kegiatan, sehingga dikenal sebagai 12 majelis semua majelis syuro, majelis hakim dan sebagainya. Sedangkan kata ta"&'(!5)*"."&!/"*'!"-"*!-"4"*Ύ˱Ϥ˸ϴ˶Ϡ˸ό˴*#*˵Ϣ͋Ϡ˴ό˵ϳ*#*˴Ϣ͉Ϡ˴ϋ* yang berarti 13 mengajar . Dari beberapa pendapat tentang definisi ta"&'(2!("-"!/","4!/'.'(,+&-"#! bahwa ta"&'(!"/"&"1!.+"4+!5)#4+-!"-4':!3"#7!/'&"-+-"#!6&)1!6*"#7!3"#7!"1&'!/)#7"#! memberikan atau mengajarkan ilmu kepada orang lain.. .
Dari beberapa definisi ta"&'(2("-"! /","4! /'.'(,+&-"#! 5"10"! 4""&'(! "/"&"1! “bentuk aktif yang dilakukan oleh orang yang ahli dalam memberikan atau majelis syuro, majelis hakim dan lain sebagainya.sedangkan secara istilah pengertian majelis ta"&'(! "/"&"12! “C*7"#'.".'! ,)#/'/'-"#! &+"*! .)-6&"1! A#6#! :6*("&D! 3"#7! Pengertian majelis yang lainnya adalah, “@empat berkumpulnya sekelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan, sehingga dikenal sebagai majelis, seperti bercirikan keagamaan Islam
Keberadaan majelis ta"&'(!4'/"-!1"#3"!4)*5"4".!.)5"7"'!4)(,"4!,)#7"='"#!."="2! tetapi menjadi lebih maju lagi menjadi lembaga yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama Islam. Oleh karena itu majelis ta"&'(!()#="/'!."rana da"0"1! pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama. Sedangkan yang dimaksud lembaga pendidikan Islam itu sendiri adalah wadah atau sarana yang mengarahkan, membimbing, dan meningkatkan pendidikan peserta didik melalui sistem pendidikan yang bernuansa Islam yang mengarah kepada manusia berilmu serta berakhlak dan berkepribadian yang beriman dan bertaqwa.

Adapun lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia cukup banyak, diantaranya :
a. Masjid ( surau, langgar, mushalla, dan muanasah )

b. Madrasah dan pondok pesantren

c. Pengajian dan penerangan Islam (majelis ta"&'(D

d. Kursus-kursus keislaman (training)

e. Badan-badan pembinaan rohani

f. Badan-badan konsultasi keislaman

17
g. Musabaqoh tilawatil qur""#
Terutama setelah adanya pemberian kesempatan untuk berkembang oleh pemerintah Kalau kita membuka lembaran sejarah pendidikan Islam, maka akan kita jumpai lembaga atau institusi Pendidikan Islam yang berjenis-jenis macamnya, semenjak

Nabi Muhammad menda"0"1-"#!?.&"(!.);"*"!"-4':!/'! )--"1!."(,"'!,)*'6/)!"5"/!

ke-8 H telah berdiri dan berkembang lembaga pendidikan Islam antara lain :

a.Lembaga pendidikan rumah : DG*!"&-Arqam

b.Lembaga pendidikan masjid : Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dengan sistem halaqah
c.Lembaga pendidikan al-Kuttab
d.Lembaga pendidikan Madrasah yakni : madrasah an-Nizamiyah
e.Madrasah annashiriyah, madrasah Al-Qumhi, As-Safi"'3"12! %#-Nuriyah
(Syiria), madrasah al-Kamiliyah (Mesir), madrasah addahiliyah
f. Lembaga pendidikan Zawiyah : suatu tempat belajar di masjid.
Lalu pengertian Zawiyah ini meluas sehingga dikenal sebagai tempat belajar yang terpisah dari bangunan masjid yang hampir menyamai fungsi madrasah. Akhirnya berkembang pada abad ke 8 H di negara Maghribi (Afrika Utara), yang akhirnya lembaga pendidikan ini berkembang dalam bentuk formal (Madrasah) semua jenjang sampai dengan Universitas (al Jami! '<"dan bentuk non formal (majelis 18ta"&'(D!/"#!,)#/'/'-"#!'#/'I'/+"&!A&"#7.+#7!/)#7"#!7+*+!"4"+!+&"("D . Dalam era sekarang ini, lembaga pendidikan Islam yang ada semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat sesuai dengan perkembangan zaman. indonesia dalam keikutsertaannya membina akhlak bangsa yang berkepribadian Pancasila. Selain itu juga diperkuat oleh peraturan perundang-undangan, seperti UU Pendidikan No IV/1950, No XII/1954, dan UU Pendidikan No I/1989 dan berbagai peraturan yang mengatur lembaga-lembaga pendidikan Islam.

Penyelenggaraan majelis ta"&'(! 5)*5)/"! /)#7"#! ,)3)&)#77"*""#! ,)#/'/'-"#! Islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem, materi maupun tujuannya. Menurut penulis pada majelis ta"&'(! "/"! 1"&-hal yang membedakan dari yang lain, yaitu :

a. Majelis ta"&'(!"/"&"1!&)(5"7"!,)#/'/'-"#!#6#!:6*("&!?.&"(
b. Pengikut atau pesertanya disebut jam=! '"(orang banyak), bukan pelajar atau santri. Hal ini didasarkan kepada kehadiran di majelis ta"&'(!4'/"-!()*+,"-"#! kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid menghadiri sekolah
c. Waktu belajar berkala tetapi teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnya sekolah dan madrasah
d. Tujuannya yaitu untuk memasyarakatkan ajaran Islam
Kemunculan majelis ta"&'(!/'!-64"-kota besar antara lain faktor keresahan dan kegelisahan yang terjadi akibat pengaruh dari kebudayaan asing yang kurang baik, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan nilai dalam masyarakat.
Majelis ta"&'(! merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sebagai wadah belajar bersama mengenai berbagai masalah keagamaan. Pertumbuhan dan Adanya tempat tertentu untuk menyelenggarakannya . persaudaraan antar bangsa dan persaudaraan antar sesama umat manusia.. Dengan demikian majelis ta"&'(!.)5"7"'!&)(5"7"!,)#/'/'-!"7"("!#6#!:6*("&! adalah termasuk lembaga atau sarana dakwah Islamiyah yang dapat mengembangkan kegiatan yang berfungsi untuk membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertqwa kepada Allah SWT.
c. Aspek-aspek Pendidikan Dalam Majelis Ta’lim
Aspek menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah, “Jegi pandangan, (sesuatu hal atau peristiwa dan sebagainya), pandangan terhadap bagaimana terjadinya sesuatu peristiwa dari permulaan sampai akhirnya. .
Aspek-aspek pendidikan dalam majelis ta"&'(!3"#7!/'("-.+/-"#!,)#+&'.!/' sini adalah aspek pendidikan agama yang lebih menekankan pada proses pendidikan agamanya, antara lain :
1. Pendidik
Pendidik adalah orang yang sangat berjasa dan memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai pengemban amanah, seorang pendidik khususnya di bidang agama haruslah orang yang memiliki pribadi yang shaleh. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya menjadi anak shaleh. .
Al Ghazali berpedapat, “istilah pendidik dengan berbagai cara seperti : al-

mu! &&%1"(guru), al-mudarris (pengajar), al-muaddib (pendidik), dan al-walid (orang

Menurut al-Ghazali pula sebagaimana dikutip Mukhtar, “Jeorang guru pendidik agama sebagai penyampai ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati murid- muridnya sehingga semakin dekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi ini semua ini tercermin melalui perannya dalam sebuah

Oleh karena peran pendidik sangat berarti dan memegang peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, maka Islam sangat menghargai orang yang berilmu dan mengamalkannya serta mengajarkannya kepada orang lain. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama dalam keluarga. Peran orang tua sangat berarti bagi anak didik untuk membantu dan membimbingnya dalam mencapai tujuan hidupnya. Untuk mendidik anak, seseorang juga membutuhkan bantuan orang lain, seperti guru, kyai, dosen, dan lain-lain yang sejenisnya tersebut merupakan tenaga profesional yang ditujukan membantu orang tua dalam membimbing dan memberi bantuan kepada anak didik guna mencapai kedewasaannya.
Dalam pendidikan agama, seorang pendidik tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga menanamkan keimanan dalam jiwa peserta didik, membimbingnya agar taat menjalankan agama dan budi pekerti yang mulia. Seorang pendidik agama Islam juga harus memiliki jiwa pendidik, menguasai ilmu pendidikan agama Islam. Selain itu guru agama harus bersifat ramah, sabar, ikhlas, tegas, adil dalam bertindak, dan sebagainya.

Persyaratan tersebut tidak lain bertujuan agar para pendidik dalam memberikan pendidikan tidak merugikan peserta didik dan tidak merugikan agama. Secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan para pendidik mempunyai pengaruh yang besar terhadap peserta didik dalam mewujudkan tujuan pendidikan terutama dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam.
1. Peserta didik

Al-Ghazali mempergunakan istilah anak didik dengan beberapa kata seperti,
%l-shobiy (kanak-kanak), almuta! &&%1"2pelajar), tholibul ilmi (penuntut ilmu).
Interaksi antara peserta didik dan pendidik merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Pengajaran yang baik akan mampu menarik minat si terdidik, keluarga mereka, dan apa yang hendak mereka lakukan di masyarakat.

Peserta didik merupakan orang yang memerlukan bantuan dan bimbingan. Oleh karena itu peran serta pendidik sangat diperlukan terutama bagi peserta didik yang sedang dalam tahap perkembangan jasmani dan rohani. Zuhairini mengatakan erkaitan dengan hal di atas, “Islam memandang bahwa seorang anak sejak lahir telah memiliki pembawaan untuk beragama yaitu fitrah. Fitrah itu akan berjalan ke arah jalan yang benar bilamana mendapat pendidikan yang baik dan mendapatkan pengaruh yang baik pula dalam lingkungan hidupnya. mencari nilai-nilai hidup untuk mencapai tujuan hidupnya, peserta didik memerlukan bantuan dari pendidik, kerana manusia dilahirkan dalam keadaan lemah. Selain itu lingkungan peserta didik juga akan memberi warna terhadap nilai-nilai pendidikan Islam peserta didik. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Tetapi anak didik juga seorang manusia yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secar fisik maupun psikis. Untuk itu, pendidikan agama senantiasa memperhatikan manusia sebagai faktor pendidikan agama, di mana pendidikan agama tersebut diarahkan untuk mendidik manusia berakhlak mulia sebagaimana fitrahnya, sehingga dapat mengetahui ajaran agama Islam dan pada akhirnya akan mampu menghindari diri dari kemerosotan akhlak. Oleh karena anak sejak lahir sudah memiliki potensi beragama, sehingga orang tua perlu mendapat penambahan ilmu pengetahuan agama yang bisa didapat di majelis ta"&'(2!"7"*!6*"#7!4+"!-1+.+.#3"!-"+(!'5+!/","4!()#7"*"1-"#!"#"--anaknya

ke jalan yang diridhoi Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar